TEMPO Interaktif, Jakarta - Memasuki musim kemarau, petani di beberapa desa di Kecamatan Patikraja dan Banyumas, kini mulai mengoperasikan mesin pompa untuk menyedot air Sungai Serayu. Irigasi baik teknis dan non teknis yang ada di desa itu sudah tak ada airnya.
Tindakan itu dilakukan agar tanaman padi yang sudah berumur lebih dari dua bulan tidak gagal panen. Air yang disedot dari Sungai Serayu dialirkan dengan selang plastik berdiamater besar ke sawah. Jarak dari tepi sungai ke sawah bervariasi, antara 200 meter hingga 500 meter.
''Kalau tidak menyedot air dari Sungai Serayu, sawah akan kekeringan dan petani bisa gagal panen,'' tutur Kramadiarja, 60 tahun, petani asal Desa Sokawera, Kecamatan Patikraja, Banyumas, Kamis (9/7).
Dia memang bukan pemilik lahan. Krama merupakan operator mesin pompa milik desa yang disewakan kepada para petani setempat. Petani desa setempat bisa memanfaatkan mesin pompa tersebut dengan membayar sewa Rp 100.000/hari.
Uang tersebut oleh Krama dipakai membeli solar Rp 60.000 untuk sehari. Sisanya Rp 40.000, diberikan kepada desa selaku pemilik mesin pompa.
Badi, 50 tahun, petani di Desa Sokawera, mengaku sudah sekitar sebulan tak dapat air. Saluran irigasi sudah kering. Luas lahan yang kini tak terairi sawah di utara Sungai Serayu mencapai belasan hektar. Umur tanaman sekitar 70 hari.
Kondisi serupa juga dialami petani yang ada di selatan sungai Serayu, seperti di Desa Papringan, Kecamatan Banyumas dan sebagian Desa Mandirancan, Kecamatan Kebasen. Petani di desa itu yang belum panen dan tanaman butuh air juga mengoperasikan mesin penyedot air.
Kepala Dinas Pertanian Banyumas, Wisnu Hermawanto mengatakan, Dinas juga sudah membagikan 20 pompa air untuk membantu petani menyedot air dari Sungai Serayu. “Meski irigasi sudah mulai kehabisan air, beberapa sungai besar bisa disedot airnya,” katanya.
Ia berharap, air sungai besar tersebut bisa membantu petani dari ancaman gagal panen akibat puso. Menurutnya, kondisi Banyumas sudah berbeda sama sekali disbanding lima tahun lalu. “Dulu sungi-sungai kecil masih ada airnya yang bisa dimanfaatkan petani, sekarang sudah tak ada lagi,” imbuhnya.
ARIS ANDRIANTO