TEMPO Interaktif, Jakarta - Seluruh kawasan pemukiman di lereng Gunung Wilis dipastikan mengalami krisis air bersih pada musim kemarau nanti. Pemerintah daerah telah menyiapkan armada pengangkut air untuk dipasok ke daerah-daerah tersebut.
Hampir setiap musim kemarau kawasan di lereng Gunung Wilis yang meliputi Trenggalek, Kediri, Tulungagung, dan Nganjuk mengalami krisis air bersih. Ratusan ribu warga yang bermukim di tempat itu selalu menggantungkan kiriman air bersih menyusul keringnya mata air dan sungai di kawasan itu.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Kediri Eko Setiono mengaku telah menyiapkan armada pengangkut air bersih untuk memasok kebutuhan tersebut. Berdasarkan pemetaan Kesbanglinmas setempat, terdapat tujuh kecamatan yang mengalami krisis air tahunan. Mereka adalah Kecamatan Tarokan, Mojo, Semen, Kepung, Plosoklaten, Banyakan dan Ngancar.
“Semua lokasi itu memerlukan pasokan air bersih setiap hari dalam jumlah besar,” kata Eko Setiono kepada Tempo, Kamis (9/7).
Meski telah berupaya membangun sumber mata air baru melalui program WSLIC di Kecamatan Semen dan Kepung, namun prasarana itu tetap tidak memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Akibatnya pemerintah terpaksa melakukan droping air ke kawasan tersebut untuk keperluan konsumsi, mandi, hingga mencuci.
Langkah yang sama dilakukan pemerintah daerah Nganjuk dan Trenggalek. Melalui droping air menggunakan truk PDAM, setiap harinya dikirim 400 liter air bersih untuk menjangkau masyarakat di lereng Gunung Wilis. Beberapa daerah yang paling rawan kekeringan antara lain Kecamatan Gondang, Ngluyu, dan Ngetos, Kabupaten Nganjuk.
Sementara itu meski ancaman kekeringan selalu dialami masyarakat di Kecamatan Pagerwojo, Gondang, Tanggung Gunung, dan Kalidawir, Kabupaten Tulungagung, pemerintah daerah mengklaim tidak adanya krisis air bersih di daerah tersebut.
Juru bicara Pemda Tulungagung Wahyu Aji mengatakan tidak ada satupun warga di wilayahnya yang mengalami krisis air. Karena itu pihaknya belum akan menyiapkan pasokan air bersih untuk didistribusikan ke daerah rawan tersebut. “Kami hanya akan mengirimkan air kalau ada permintaan. Selama ini daerah ini aman-aman saja,” katanya.
Pernyataan tersebut dibantah oleh Ny Minem, salah satu warga Kecamatan Pagerwojo yang mengaku kesulitan air bersih setiap kemarau tiba. Bahkan ibu satu anak ini terpaksa berjalan kaki hingga belasan kilometer untuk mendapatkan seember air di lereng Gunung Wilis. “Sejak saya kecil memang kondisinya seperti ini. Kering di saat kemarau dan keruh di saat hujan,” kata Minem menjelaskan kondisi air di wilayah itu.
HARI TRI WASONO