Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cirebon, Ali Effendi. "Sedikitnya ada 6 kecamatan di Kabupaten Cirebon yang rawan kekeringan," katanya. Yaitu Kecamatan Gegesik, Kaliwedi, Gunung Jati, Kapetakan, Plered dan Losari," katanya. Di daerah-daerah tersebut biasanya selalu terjadi kekurangan air setiap musim kemarau akibatnya petani pun selalu emnaglami kesulitan mendapatkan pasokan air untuk tanaman padinya. "JIka sudah begitu, tanaman padi pun terancam mengalami gagal panen atau puso," katanya.
Karenanya untuk mencegah terjadinya gagal panen, Ali meminta kepada petani untuk menanam palawija. "Kalaupun menanam padi, hendaknya menanam padi dengan jenis padi yang berumur pendek," katanya. Seperti Cisadane dan Ciherang yang amsa tanamnya maksimal hanya 3 bulan. Jika menggunakan benih lain, masa tanamnya akan panjang yaitu mencapai 4 bulan.
Sementara itu Wakil Ketua HKTI Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar, mengungkapkan Juli ini wilayah Cirebon sudah memasuki musim kemarau. "Jika pada Juli ini tidak turun hujan, ancaman gagal panen pun sudah membayangi," katanya. Bahkan saat ini sejumlah petani di beberapa daerah, seperti di Kecamatan Gegesik dan Jamblang, sudah menggunakan pompa air untuk mengambil air dari saluran irigasi ke sawah mereka. "Pompa air terpaksa digunakan karena air tidak bisa lagi masuk ke areal pertanian sehingga harus dibantu menggunakan pompa," katanya.
Diakui Tasrip, penggunaan pompa air akan menambah biaya produksi tanaman padi. "Tetapi apa boleh buat, daripada tanaman padi puso karena kekurangan air, lebih baik menyelamatkan dahulu," katanya.
IVANSYAH