Bank sentral bisa menarik likuiditas setelah kondisi bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve kembali sehat. Namun waktu penarikan harus diperhitungkan dengan baik agar tak menimbulkan dampak pada perbankan.
"Kalau ditarik terlalu cepat, suku bunga akan naik. Tapi kalau tidak ditarik, inflasi akan tinggi," kata Mirza Adityaswara, kepala ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dalam diskusi bisnis dan keuangan di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (14/7).
Mirza memprediksi, inflasi akan membumbung hingga tiga tahun ke depan jika likuiditas tak segera ditarik. Dia menambahkan, saat ini bank sentral internasional tengah membicarakan strategi untuk mengeluarkan likuiditasnya.
Menurut catatannya, total dana yang dikeluarkan 10 negara industri untuk menambah likuiditas perbankannya mencapai US$ 438,2 miliar. Amerika mengucurkan dana terbesar US$ 299,3 miliar. Sementara Inggris, Jerman, dan Cina masing-masing US$ 20,1 miliar, US$ 51,1 miliar, dan US$ 2,4 miliar.
Mirza juga menjelaskan likuiditas global masih cukup ketat karena bank masih memilih menempatkan dananya di instrumen yang dijamin pemerintah. "Survei perbankan di Amerika menunjukkan bank masih enggan memberikan kredit," kata dia.
RIEKA RAHADIANA