Dia menjelaskan, sosok pemimpin yang tegas diperlukan agar sistem bank sentral aman namun tetap bisa memenuhi fungsi intermediasi. "Mencari figur moneter lebih mudah daripada yang independen mengawasi perbankan, berani mengatakan tidak, dan berani menutup bank," ujarnya saat ditemui usai diskusi bisnis dan keuangan di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (14/7).
Direktur Jenderal Pajak Departemen Keuangan Darmin Nasution dipastikan meninggalkan jabatannya pada akhir Juli ini untuk mengisi posisi Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjalani uji kelayakan dan kepatutan Gubernur Bank Indonesia. Dua nama yang juga disebut pantas mengisi kursi Gubernur Bank Indonesia yakni Deputi Gubernur Hartadi dan Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardoyo.
Mirza melanjutkan, di level deputi gubernur dan direktur, bank sentral memiliki banyak sumber daya yang kompeten. Namun tak banyak yang memenuhi kriteria independen dan berani. "Menteri Keuangan dan Pak Darmin bisa melakukan dua hal itu," ucap dia.
Mengenai kelanjutan reformasi Departemen Keuangan setelah ditinggal Sri Mulyani Indrawati, Darmin Nasution, dan Direktur Jenderal Bea Cukai Anwar Suprijadi yang segera pensiun, Mirza berpendapat masih ada sumber daya di dalam dan luar Departemen Keuangan yang baik.
"Menkeu harus orang yang tetap prudent dalam APBN," ujar Mirza. Jika tidak, dia melanjutkan, angka defisit akan membesar. Selain itu Mirza juga menekankan Menteri dan direktur jenderal yang baru harus mampu melanjutkan reformasi perpajakan dan mempercepat pengeluaran pemerintah.
RIEKA RAHADIANA