TEMPO Interaktif, Palembang - Dinas Kehutanan Sumatera Selatan memprediksi bulan Agustus dan September merupakan puncak kebakaran lahan (hot spot) di wilayah itu. Sejumlah kegiatan sudah dilakukan untuk mengantisipasi kebakaran lahan ini.
Sekretaris Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Sumatera Selatan Achmad Taufik, Rabu (22/7), mengatakan peningkatan kebakaran lahan mulai terjadi Mei lalu, yakni 126 titik dan terus bertambah pada Juni sebanyak 186 titik.
Kebakaran lahan yang terdeteksi Satelit Terra Aqua Modis itu masih berada di luar kawasan hutan dan belum memasuki wilayah lahan gambut. "Kebanyakan hot spot belum memasuki wilayah rawan satu, terutama di pantai timur OKI, Muba, dan Banyuasin," katanya.
Kebakaran lahan banyak terdekteksi di wilayah Muaraenim, sebagian Muba, dan Ogan Ilir (OI). Peningkatan kebakaran lahan yang terjadi belum menimbulkan asap. Kebakaran lahan perlu diwaspadai jika sudah mencapai 200 titik api dan pada satu lokasi.
Untuk mengantisipasi kebakaran lahan, Dinas Kehutanan sudah menyiapkan berbagai tindakan, antara lain dengan membuka posko kebakaran hutan selama 24 jam.
Dinas juga sudah menyiagakan empat posko Manggala Agni di empat wilayah rawan, yaitu Kayu Agung (Ogan Komering Ilir), Pangkalan Balai, Merapi di Lahat, dan Banyulincir.
Selain itu, sekitar 2.500 masyarakat desa terlatih disiagakan di 210 desa di Sumatera Selatan untuk mengantisipasi kebakaran hutan.
"Empat posko Manggala Agni itu siap untuk diterjunkan di daerah-daerah lain di Sumsel di mana yang paling dekat dengan posko tersebut," katanya.
Dengan langkah-langkah yang sudah dilakukan sejak awal ini, diharapkan kebakaran hutan di Sumatera Selatan bisa dikendalikan.
Puncak kebakaran lahan diperkirakan bulan Agustus dan September ini. Berdasarkan analisis BMG, walaupun di Sumatera Selatan kering, namun masih akan diselingi oleh hujan.
ARIF ARDIANSYAH