Murtaqi menjelaskan upaya pertama adalah bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan pemerintah daerah untuk membuat hujan buatan. Upaya itu tengah berjalan karena BPPT menilai waktunya tepat untuk hujan buatan. Namun hujan buatan hanya mampu mengurangi defisit sebesar 30 megawatt.
Murtaqi mengatakan defisit listrik di Sumatera bagian tengah mencapai 170 megawatt akibat musim kemarau. Kapasitas tiga pembangkit listrik tenaga air, yakni Maninjau, Singkarak, dan Kota Panjang, menurun karena permukaan air danau juga turun. Dengan bantuan hujan buatan itu, diharapkan debit air bisa meningkat.
Di samping hujan buatan, PLN juga sedang berusaha mengoperasikan segera tambahan pembangkit di Teluk Lembu, Riau. Sebelumnya pembangkit tersebut terkendala pasokan gas yang hanya 15 juta kaki kubik per hari. Beberapa waktu lalu PLN sudah bernegosiasi dengan PT Kalila Energi untuk tambahan pasokan gas sebesar 20-25 juta kaki kubik per hari. "Dari situ bisa menambah 20 megawatt," katanya.
Cara terakhir, Murtaqi berharap sebelum pertengahan Agustus Sumatera bagian tengah sudah bisa mendapat transfer daya dari Sumatera Utara sebesar 60 megawatt. Dia menjelaskan Sumatera Utara saat ini tengah menunggu pasokan dari PLTU Labuhan Angin unit 1 dan 2 dengan kapasitas 2.200 megawatt.
Jika bisa memasok 2.200 megawatt ke Sumatera Utara, listrik yang mengalir ke Sumatera bagian tengah sebesar 60 megawatt. Sehingga defisit listrik bisa tersisa 60 megawatt. "Nah sisanya itu dalam waktu dekat tidak bisa ditekan lagi," paparnya.
Dengan demikian PLN terpaksa mengadakan pemadaman bergilir selama 12 jam. Namun Murtaqi tidak dapat memastikan pengurangan waktu pemadaman setelah ketiga upaya tersebut dilakukan. "Tapi paling tidak luas wilayah yang dilakukan pemadaman bisa dikurangi," katanya.
DESY PAKPAHAN