TEMPO Interaktif, Palu - Perusahaan listrik negara (PLN) cabang Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, terus melakukan pemadaman menyusul kerusakan dua unit mesin diesel PLTD Silae. Pemadaman ini makin meluas dan tak terkendali. Interval waktu pemadaman tujuh jam sesudah itu menyala kembali tiga jam, kemudian padam lagi tujuh jam. PLN mengaku tak tahu batas waktu berakhirnya pemadaman ini.
Jurubicara PT PLN Cabang Palu, Petrus Ahad (26/7) membenarkan hal tersebut, yang mengatakan bahwa pemadaman masih berlanjut dan belum diketahui kapan krisis pasokan listrik berakhir.
Ia menjelaskan, meluasnya tingkat pemadaman aliran listrik dikarenakan dua dari sejumlah mesin PLTD (Pembangkit Listrik tenaga Disel) milik PLN masih dalam tahap perbaikan. Juga salah satu dari dua unit mesin PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) milik PT PJPP (Pusaka Jaya Palu Power) saat ini mengalami gangguan pada bagian boilernya.
Akibat kerusakan mesin PLTU unit Satu yang berkapasitas 15 megawatt (MW) tersebut, praktis suplai daya listrik ke PLN berkurang drastis. Suplai daya listrik oleh PLTU Mpanau hanya sekitar 12-13 MW, padahal dalam kondisi normal, jika kedua mesin PLTU beroperasi bisa mensuplai daya listrik hingga 24-26 MW.
"Tapi dalam kurun beberapa hari terakhir, PLTU hanya mampu mensuplai daya ke PLN paling tinggi 13 MW," ujarnya.
Sementara sejumlah mesin PLTD yang selama ini memasok daya listrik untuk kebutuhan sekitar 170.000 pelanggan sistem Palu hanya sanggup mensuplai daya 20 MW. Sedangkan beban puncak pemakaian daya listrik sistem Palu pada malam hari mencapai 46-47 MW. Dengan demikian saat ini mengalami defisit daya listrik sekitar 14 MW.
Akibat pemadaman ini PLN Palu mendapat kecaman dari berbagai kalangan. Pemadaman yang berlangung hingga enam jam di suatu kawasan, tidak hanya melumpuhkan aktivitas usaha yang selama ini bergantung suplai listrik PLN, tapi juga mengakibatkan kebakaran yang dipicu nyala lilin pengganti penerangan saat listrik padam.
Seorang warga Jalan Thamrin Palu Selatan bernama Sukiyem, mengatakan pemadaman yang berlangsung saat ini tidak hanya mengganggu aktivitas warga dan melumpuhkan kegiatan ekonomi, bahkan telah menjadi petaka dengan adanya kebakaran.
“Sayangnya PLN dan Pemerintah terkesan tutup mata dengan kondisi ini. Pemadaman sekian lama berlangsung dan berulang, tapi tak ada solusi,” katanya dengan nada ketus.
Hal senada diungkapkan Aisyah, warga Besusu Barat. Ia mengatakan menjelang bulan puasa tahun berjalan, pasti terjadi pemadaman dengan alasan pemeliharaan dan kerusakan. “Masak alasannya itu-itu terus. Apa tidak ada alasan lain,” tegasnya.
”Kami sudah berapa hari ini tidak teratur kerja, soalnya kerja-kerja kami kebanyakan harus menggunakan listrik,“ Randi, Warga Petobo, menambahkan. Randi gerah dengan pemadaman yang tak menentu ini karena air untuk kebutuhan cuci menjadi sulit, kadang mandi pun dijamak.
DARLIS