TEMPO Interaktif, Pekanbaru - Provinsi Riau memiliki jumlah titik api kebakaran terbanyak di Indonesia sepanjang 2009, yakni 4.782 titik. "Data satelit MODIS menunjukkan 22 persen dari titik api di Riau berada di cagar biosfer dan konsesi terkait Asia Pulp & Paper (APP) milik Sinar Mas Group," tulis LSM Eyes on the Forest kemarin. Eyes on the Forest merupakan koalisi lembaga swadaya masyarakat Jikalahari, Walhi Riau, dan WWF-Indonesia.
Mei lalu, APP mengumumkan rancangan pencapaian konservasi hutan Giam Siak Kecil-Bukit Batu sebagai cagar biosfer UNESCO. Cagar biosfer merupakan konservasi yang dibuat untuk melindungi keanekaragaman hayati dan budaya dalam satu kawasan. Saat ini hanya 35 persen dari 700 ribu hektare cagar biosfer UNESCO yang merupakan hutan alam. Sisanya didominasi hutan tanaman monokultur akasia yang memiliki nilai konservasi sangat rendah.
Menurut Susanto Kurniawan dari Jikalahari, Asia Pulp & Paper dan perusahaan yang tergabung seharusnya bertanggung jawab mencegah kebakaran. Susanto mengimbau mereka menghentikan pembangunan jalan-jalan baru menembus atau dekat hutan alam, menggali aliran kanal, dan menebangi hutan gambut alam mana pun. "Semuanya itu mempermudah kebakaran," katanya.
Dari peta titik api terbaru, kata Susanto, secara jelas menunjukkan bahwa perusahaan itu tidak melakukan pengamanan. Dia berharap hutan alam cagar biosfer tetap terjaga dan kestabilan ekosistem gambut di cagar itu bisa dipulihkan. Dia menuntut APP menyediakan pengamanan yang sebenarnya terhadap kawasan itu dan melakukan pengelolaan hidrologis bertanggung jawab terhadap kawasan gambut.
Nursamsu dari WWF-Indonesia mencatat, antara 1996 dan 2007, perusahaan raksasa itu telah membangun hutan tanaman kayu pulp seluas 177 ribu hektare. Luas ini, katanya, 65 persen dari semua hutan alam yang hilang di ekosistem itu. Dia mengimbau pemerintah memproses kembali temuan-temuan menyangkut investigasi pembalakan liar yang baru saja dihentikan.
Perusahaan APP juga tengah dalam sorotan untuk kawasan konsesi Bukit Tigapuluh di Sumatera bagian tengah (Riau dan Jambi). Sekitar 450 ribu hektare hutan alam menyatu yang tersisa di kawasan itu adalah rumah bagi satu-satunya populasi orangutan, harimau, dan gajah Sumatera yang tersisa. Dua suku masyarakat asli, Talang Mamak dan Orang Rimba, juga menggantungkan pencarian mereka dan tinggal di hutan ini. Ada 100 titik api di kawasan ini.
Pihak APP membantah tuduhan ini. "Data itu tidak benar dan hanya persepsi mereka," kata Gandi Sulistiyanto Soeherman, Direktur Sinar Mas Group. Dia mengakui ada satu dan dua titik api, namun bukan di area konsesi perusahaannya. Dia mensinyalir tuduhan itu hanya untuk melemahkan daya saing produk Indonesia di luar negeri. l UNTUNG WIDYANTO