Exxon, yang mencetak rekor laba pada 2008, menderita kerugian yang menyesakkan akibat kejatuhan harga minyak hingga lebih dari 50 persen tahun lalu. Laba perusahaan minyak itu juga terancam saat melemahnya permintaan industri terhadap bahan bakar seperti diesel yang menyebabkan terjadinya penumpukan stok.
"Tampaknya mengecewakan," kata Phil Weiss, analis energi di Argus Research, perusahaan independen penyedia jasa informasi perusahaan dan investasi yang bermarkas di new York, Amerika Serikat, Kamis (30/7) waktu setempat. "Mereka kehilangan keuntungan dan (hasil) produksi."
Exxon, juragan minyak terbesar dunia, mengatakan pada kuartal kedua tahun ini pendapatan bersih mereka mencapai US$ 3,95 miliar atau sekitar Rp 40 triliun, setara US$ 0,81 per saham, turun dari US$ 11,68 miliar atau sekira Rp 116,8 triliun, setara US$ 2,22 per saham, tahun lalu.
REUTERS | BOBBY CHANDRA