TEMPO Interaktif, Bandar Lampung - PT Perusahaan Listrik Negara wilayah Lampung masih mengadakan pemadaman bergilir karena tiga pembangkit besar rusak. Kerusakan ini mengakibatkan wilayah itu kekurangan 150 megawatt dari 325 megawatt yang dibutuhkan.
Sumargo, juru bicara PLN Lampung, Senin (03/08), mengatakan kerusakan itu pada pembangkit di Unit 3 Tarahan, Batu Tegi, dan Way Besai.
Unit 3 Tarahan, katanya, ketel airnya bocor sehingga mesin uap itu tidak bisa berjalan baik. "Perbaikan alat itu akan memakan waktu cukup lama," ujarnya.
Pembangkit di Tarahan, yang beroperasi sejak 2007 lalu, pernah rusak dua bulan silam. Saat itu cerobong pembakaran batu bara tersumbat batu bara yang basah terkena hujan.
Kerusakan pertama terjadi dua bulan lalu, saat cerobong yang berfungsi untuk membakar batubara tersumbat oleh batubara basah akibat diguyur hujan.
Sedang pembangkit di Batu Tegi dan Way Besai, keduanya bertenaga air, terganggu musim kemarau. Debit air waduk Batu Tegi di Kabupaten Tanggamus dan sungai Way Besai di Kabupaten Lampung Barat berkurang.
Kincir air yang menggerakkan turbin di pembangkit itu tidak bergerak maksimal karena kurangnya dorongan air. "Dua pembangkit itu diperkirakan hanya mampu memasok 20 persen dari kemampuan normal," katanya. "Kami harus berebut air dengan petani."
Meski mengalami defisit pasokan listrik, PLN Lampung masih enggan mengaktifkan kembali 20 generator bertenaga diesel yang mampu menghasilkan 18 megawatt. Selain tidak mampu menutupi kebutuhan, katatanya, "Pembangkit itu sangat boros bahan bakar."
Pemadaman listrik bergilir di Lampung, lanjut dia, akan dilakukan setiap hari dengan waktu pemadaman selama lebih dari sembilan jam untuk daerah tertentu.
Dia mengatakan lambannya perbaikan pembangkit rusak itu karena saat ini PLN menanggung beban tunggakan listrik warga Lampung yang mencapai Rp. 28 miliar lebih.
"Seharusnya uang sebesar itu bisa untuk reinvestasi dan biaya perawatan pembangkit. Kita mengalami keguncangan keuangan akibat tidak seimbangnya biaya produksi dan pendapatan," katanya.
NUROCHMAN ARRAZIE