TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Divisi Advokasi INFID, Wahyu Susilo, menilai target penurunan kemiskinan hingga 12 persen dalam pidato nota keuangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terlalu tinggi. "Terlalu ambisius," kata Wahyu melalui telepon, Senin (3/8).
Menurut Wahyu, pemerintah tidak perlu terlalu memaksakan penurunan kemiskinan, apalagi pembiayaan program penurunan kemiskinan itu masih mengandalkan utang yang secara eksplisit disampaikan dalam pidato. "Utang itu akan membawa masalah," katanya.
Jika pemerintah tetap dengan target itu, Wahyu menyarankan pemerintah mencari terobosan dalam pembiayaan program itu. "Perlu ada terobosan. Ketergantungan terhadap utang harus dikurangi," ujarnya. Misalnya, dengan penghematan biaya birokrasi dan menerapkan pajak progresif.
"Sekarang justru pajak itu yang dikejar buruh-buruh. Harusnya orang kaya membayar lebih banyak," katanya.
Wahyu mengatakan program pengentasan kemiskinan juga belum efektif. Namun, dia mengakui, pada tahun ini kemiskinan mengalami penurunan. "Tapi angka penurunannya tidak sebanding dengan anggaran yang dikeluarkan. Saya rasa pemerintah harus realistis tidak perlu memaksakan," katanya.
Dalam kalkulasi Wahyu, target paling realistis maksimal 2 persen. "Kondisi ekonomi masih belum menentu, penurunan kemiskinan 2 persen saja sudah bagus," katanya.
EKO ARI WIBOWO