Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Di Balik Hilangnya Pohon Besar Legendaris di Yosemite

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hilangnya pohon-pohon besar di Taman Nasional Yosemite 100 tahun terakhir ini disebabkan oleh iklim yang menghangat. Para peneliti menganalisis data dari catatan awal kepadatan pohon besar pada 1932-1936. Kemudian, membandingkannya dengan data terbaru 1988 hingga 1999. Mereka menemukan data bahwa sejumlah pohon berdiameter besar--dengan diameter lebih dari sekitar 92 sentimeter--berkurang 24 persen selama jangka waktu tersebut.

Studi ini tidak menyelidiki penyebab penurunan tersebut. "Namun, kami mempertimbangkan bahwa perubahan iklim kemungkinan menyumbang penurunan ini," kata Jan van Wagtendonk, koordinator tim peneliti yang menulis hasil studi ini di jurnal Forest and Management edisi terbaru.

Menurut Jan, naiknya suhu menyebabkan musim kemarau berkepanjangan dan menurunkan gumpalan salju yang selama ini menyediakan air untuk pertumbuhan. Selain itu, kata dia, musim kemarau yang panjang mengurangi pertumbuhan pohon dan kemampuannya menolak serangga serta kuman penyakit lainnya.

Umur pohon besar biasanya lebih tua daripada pohon kecil dan memiliki peran penting di dalam hutan. Antara lain sebagai habitat bagi banyak tanaman dan binatang serta sebagai sumber bibit bagi lingkungan sekitar. Selain itu, dapat bertahan dari kebakaran, wabah serangga, dan dampak lingkungan lainnya ketimbang pohon-pohon kecil.

"Meski persentase pohon-pohon berdiameter besar di hutan cuma sebagian kecil, pengaruhnya sangat besar bagi komunitas sekitar selama berabad-abad," kata para ahli dalam jurnal tersebut.

Pohon-pohon besar sangat penting sebagai habitat bagi burung hantu, lumut, anggrek, musang, dan hewan karnivora lainnya, yang beberapa di antaranya terancam punah. Banyak spesies lain juga memiliki sarang pada batang dan cabang pohon besar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para ilmuwan mendeteksi perubahan yang umumnya terjadi pada sejumlah spesies pohon. Pada beberapa hutan yang tidak mengalami kebakaran untuk waktu yang lama, mereka mengukur ketidaktoleranan sejumlah pohon seperti pohon cemara putih dan kemenyan. Mereka menemukan sedikitnya jumlah pohon yang toleran terhadap api seperti cemara ponderosa.

Kecenderungan ini agak mencemaskan karena kebakaran hutan dapat sering terjadi akibat temperatur yang semakin panas. "Kami harus menyadari bahwa kebakaran hutan akan lebih sering dan parah di Taman Nasional Yosemite yang baru beralih ke pepohonan yang tidak toleran terhadap api," ujar van Wagtendonk. Di sisi lain, udara yang semakin panas membawa kondisi kering.

Livescience |

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

Ilustrasi kekeringan. REUTERS/Mohamed Abd El Ghany
6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.


Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Gagas Pemanfaatan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan. ugm.ac.id
Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.


Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah) menyalami pembalap tim Mercedes-EQ Formula E Nyck De Vries (kanan) saat Meet and Greet Pebalap Formula E di kawasan Monas, Jakarta, Kamis 2 Juni 2022. Ajang Jakarta E-Prix 2022 akan digelar pada Sabtu 4 Juli 2022. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.


Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Dikta Yovie n Nuno atau Pradikta Wicaksono. Foto: Instagram Dikta.
Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.


Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?


Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ilustrasi menggunakan ponsel sambil berjalan. bbc.com
Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?


Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri. TEMPO/Jati Mahatmaji
Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.


BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

Pengendara motor melintas di samping tiang listrik yang patah akibat diterjang angin kencang di Kota Kupang, NTT, Senin, 5 April 2021. Angin kencang tersebut dipengaruhi badai siklon Seroja yang tengah terbentuk di wilayah NTT. ANTARA/Kornelis Kaha
BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.


Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Menteri Sosial Tri Rismaharini membantu membungkus nasi saat mengunjungi Posko Banjir Desa Wonoasri di Tempurejo, Jember, Jawa Timur, Senin, 18 Januari 2021. Risma terlihat memegang centong nasi untuk membantu petugas yang tengah sibuk menyiapkan nasi bungkus ke korban bencana. dok.Humas Kemensos
Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.


Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Berkurangnya krill sebagai sumber makanan bagi penguin tidak hanya akibat pemanasan global, tapi juga karena perburuan besar-besaran oleh pabrik pengolah ikan. boredpanda.com
Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.