TEMPO Interaktif, New York - Harga minyak pada perdagangan di New York Merchantile Exchange sempat melonjak di atas US$ 72 per barel, level tertinggi sejak awal Juni. Kenaikan ini dipicu membaiknya data aktivitas manufaktur global, sehingga memicu kenaikan harga komoditas, saham, serta aset-aset lain yang diuntungkan dari membaiknya ekonomi global.
Pada perdagagnan kemarin, harga minyak untuk kontrak September naik US$ 2,13 sen (3 persen) menjadi US$ 71,58 per barel. Harga itu bahkan sempat menyentuh US$ 72,10 per barel di New York Merchantile Exchange. Harga gas alam juga melonjak hingga US$ 38 sen (10,4 persen) menjadi US$ 4,03 mmBtu dan tembaga juga menguat 4,4 persen.
“Masuknya aliran dana ke pasar minyak sangat luar biasa, sehingga dolar AS terpuruk dan bursa saham terus menguat,” ujar Tariq Zahir, Manager Tyche Capital Advisor. “Permintaan melonjak, tapi kami melihat kenaikan ini bersifat sementara, karena fundamental saat ini masih kurang mendukung."
Namun, pukul 9:00 WIB pagi tadi, harga minyak di pasar Asia ditransaksikan turun US$ 47 sen (0,66 persen) menjadi US$ 71,11 per barel.
MarketWatch ! Viva BK