Warga semakin resah karena dalam waktu dekat akan banyak kegiatan yang dilangsungkan di pulau tersebut, antara lain kegiatan menyambut kemerdekaan Republik Indonesia dan bulan puasa. "Hampir seluruh kegiatan membutuhkan aliran listrik," tutur Rafli Zein.
Penyaluran Bahan Bakar Minyak ke Enggano diatur melalui kerjasama antara Kapal Penyeberangan Fery Raja Enggano dan Koperasi Serba Usaha, Bengkulu. Namun, sejak kapal tersebut menjalani perawatan rutin (Docking) di Jakarta pada tanggal 18 Juli, penyaluran Bahan Bakar Minyak praktis terhenti. Bahan Bakar Minyak terakhir disalurkan ke Enggano pada tanggal 28 Juni lalu.
Sementara itu, kapal perintis yang sering mengangkut sembako ke pulau tersebut dilarang mengangkut Bahan Bakar Minyak oleh pihak Administrasi Pelabuhan. "Alasannya tidak ada tempat khusus menyimpan BBM, sehingga dikhawatirkan terjadi kecelakaan fatal," ujar M Rafli.
Padahal, jelasnya, sebelum Koperasi Serba Usaha dan Kapal Fery Raja Enggano menjalin kerjasama pada tahun 2007, kapal perintislah yang menyalurkan Bahan Bakar Minyak. Jerigen-jerigen Bahan Bakar Minyak tersebut mereka taruh di sisi luar lambung kapal hingga puluhan banyaknya, "tidak pernah ada masalah," Imbuhnya.
M Rafli mengaku sudah meminta keringanan kepada pihak pelabuhan agar kapal perintis bisa mengangkut Bahan Bakar Minyak satu atau dua jerigen untuk sekali berlayar, "Paling tidak sampai kapal fery kembali beroperasi," ungkapnya. Tapi, permintaan tersebut tidak diindahkan.
Jika Pemerintah Daerah tidak segera bertindak terhadap krisis Bahan Bakar Minyak yang terjadi di Enggano, M Rafli mengancam akan melakukan aksi demonstrasi bersama warga Enggano lainnya di kantor Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu. "Jika tidak digubris juga, kami akan pasang bendera Australia di Pulau Enggano," ujarnya.
Pulauan Enggano merupakan salah satu pulau terluar di Indonesia dengan penduduk lebih dari 2.900 jiwa. Ada lima suku utama di kepulauan itu, yaitu Suku Kaitora, Ka'uno, Ka'arubi, Ka'aruga, dan Ka'anua. Pembangunan di pulau ini terbilang lamban. Banyak fasilitas publik yang terbengkalai pembangunannya, seperti bandara, pembangkit listrik, dan instalasi air minum. Akses jalan pun banyak yang rusak.
HARRI PRATAMA ADITYA