Karena itu, Purbaya menilai, permintaan Bank Indonesia ke 14 bank nasional dan asing pada Kamis pekan lalu akan percuma saja. “Permintaan itu malah bisa mengganggu mekanisme pasar,” kata Purbaya kepada Tempo di Jakarta sore ini.
Menurut dia, yang perlu dilakukan BI saat ini justru adalah mengurangi outstanding dana-dana bank yang sekarang tersangkut di Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
“Dalam lelang SBI, BI seharusnya tidak perlu menyerap semuanya sehingga ada uang yang masuk ke dalam sistem finansial,” ujarnya.
Dia menambahkan, jika bank sentral sedikit demi sedikit mengurangi penyerapan hasil lelang SBI dan dananya kembali ke perbankan, bank juga tidak akan mau lama-lama menyimpan uang di brankas mereka. Akhirnya, mau tidak mau bank akan menyalurkan dana itu dengan memberikan kredit lagi.
Menurut Purbaya, bunga memang tidak bisa turun karena jumlah uang yang ada di sistem finansial relatif kurang, sementara permintaan kredit cenderung naik karena aktivitas perekonomian nasional cenderung naik. Apalagi, laju pertumbuhan base money (MO) saat ini masih negatif.
“Jadi, BI tidak perlu memaksa-maksa bank harus menurunkan suku bunga deposito atau pinjaman, mekanisme ini akan berjalan dengan sendirinya jika BI mulai mengurangi penyerapan dana dari lelang SBI itu,” katanya. “Kebijakan BI memaksa bank menurunkan suku bunga malah aneh. Saya jadi bingung kenapa BI mengeluarkan kebijakan itu.”
Sebaliknya, Purbaya juga menilai, perbankan hanya mencari kambing hitam dengan mengatakan mereka tidak mau menurunkan suku bunga, karena suku bunga Surat Utang Negara masih tinggi. Bank khawatir kalau mereka menurunkan suku bunga, nasabah akan lari ke Surat Utang Negara.
“Jumlah SUN yang diterbitkan terlalu kecil untuk mempengaruhi bunga di sistem perbankan kita,” kata Purbaya.
Selain jumlah yang diterbitkan kecil, dia melanjutkan, jika pemerintah menerbitkan surat utang nantinya juga akan dibelanjakan lagi sehingga tidak masalah.
GRACE S GANDHI