“Meski obligasi pemerintah jumlahnya tidak terlalu besar, hanya beberapa puluh triliun rupiah, tapi secara psikologis memiliki annoucement effect (daya pengaruh yang besar),” kata Tony kepada Tempo di Jakarta sore ini.
Obligasi pemerintah, dia melanjutkan, menimbulkan ekspetasi para penabung, termasuk institusi yang menginginkan suku bunga setinggi yield (kupon) obligasi pemerintah.
Tony dimintai pendapatnya soal pernyataan kalangan perbankan yang mengungkapkan bahwa mereka tidak mau menurunkan suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman, karena suku bunga Surat Utang Negara masih tinggi.
Menurut Tony, kondisi ini memperlemah daya tawar bank dalam mendapatkan dana pihak ketiga.
“Kalau bank ngotot menurunkan bunga deposito, nasabah mereka bisa kabur sehingga dana pihak ketiga ini bakal anjlok,” ujarnya. “Jika nasabah kabur, bank akan kesulitan likuiditas.”
Kamis pekan lalu, Bank Indonesia mengumpulkan 14 bank nasional dan asing. BI meminta bank-bank ini mau menurunkan suku bunga deposito dalam tiga bulan depan ke depan maksimal sebesar 8 persen atau 150 basis poin di atas BI Rate.
Lalu, dalam empat bulan ke depan sejak 1 September, suku bunga deposito diminta sebesar 50 basis poin di atas BI Rate.
GRACE S GANDHI