"Perkiraan produksi mungkin berkurang," kata Mustafa di gedung Bulog, Kamis (27/8).
Namun, menurut Mustafa, produsen tidak akan terkena penalti. "Tidak, karena yang penting PTPN tidak jual lewat pintu belakang," katanya.
Dari jatah 660 ribu ton gula, Bulog telah mendistribusikan sekitar 500 ribu ton gula. Sehingga, masih ada sisa stok sekitar 150 ribu ton untuk dua bulan.
Bulog menjual gula dari stoknya sekitar Rp 7.300 per kilogram per 25 Agustus lalu. Harga gula putih di pasar saat ini telah menjulang hingga lebih dari Rp 9.000 per kilogram.
Namun, Mustafa mengakui jumlah 500 ribu ton tersebut belum efektif untuk menstabilkan harga gula putih. Pasalnya, dia menjelaskan, gula yang didistribusikan oleh Bulog hanya 14,6 persen dari total gula nasional.
"Kami berharap ke depan kalau ada jumlah gula yang lebih besar, ada stok yang lebih besar, kalau pemerintah punya dana," kata Mustafa.
Sebab, jika gula ditangani seperti halnya Bulog menangani beras, ada kemungkinan pengendalian harga gula akan lebih efektif. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini tengah membahas kemungkinan Bulog menangani gula dan minyak goreng seperti halnya beras.
Mustafa melanjutkan, peran Bulog saat ini adalah sebagai agen pemasaran. "Sebagai agen pemasaran hanya bisa mendistibusikan, alokasikan sebagai pasar alternatif," tuturnya.
NIEKE INDRIETTA