Adapun kawasan hutan yang terbakar terdapat di wilayah Desa Jatimunggul, Kecamatan Terisi, tepatnya di sepanjang jalur jalan antara Jangga-Cikamurang.
Akibat kebakaran yang terjadi dalam beberapa pekan itu kawasan hutan berubah menghitam dipenuhi sisa-sisa abu kebakaran. Sebagian tanaman jati dan kayu putih ada yang terbakar hingga ke bagian pucuk tanaman sehingga tanaman itu berubah menjadi arang.
Administratur Perum Perhutani KPH Indramayu, Budi Shohibudin, membenarkan adanya kawasan hutan yang terbakar. "Dari 180,51 hektare yang terbakar, seluas 170 hektare di antaranya hutan jati, sedangkan sisanya tanaman kayu putih," katanya. Selain itu ada pula kawasan hutan kayu mangium yang ikut terbakar.
Kawasan hutan yang terbakar itu berada di wilayah Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Cikamurang atau Resor Pemangku Hutan (RPH) Cipondoh. "Selain itu ada pula yang terletak di wilayah BKPH Jatimunggul atau RPH Jatimunggul utara dan selatan," kata Budi.
Untuk kerugian, menurut Budhi, hingga kini mereka masih mendata, termasuk mendata lagi luas areal hutan yang perlu dilakukan penanaman ulang.
Perwira Pembina Jagawana Perhutani KPH Indamayu, Utom P, mengatakan selama musik kemarau tahun ini sedikitnya telah terjadi tujuh kebakaran hutan di wilayah KPH Indramayu. "Ada pun penyebabnya sangat beragam dan kompleks," katanya.
Namun, penyebab utama terjadinya kebakaran di wilayah KPH Indamayu yaitu karena banyaknya kawasan hutan yang kurang terlindung karena dilintasi jalur jalan yang padat kendaraan. "Pengendara seringkali tanpa sengaja membuang puntung rokok ke kawasan hutan yang ada di pinggir jalan," katanya.
Puntung rokok itu dapat memicu kebakaran besar dalam kondisi kemarau seperti sekarang ini. Cuaca panas dan angin kering akan membuat puntung rokok berubah menjadi api yang cukup besar jika bergesekan dengan ranting dan kayu yang kering.
Selain itu penyebabnya bisa pula akibat ulah pencari ular yang terkadang sengaja membakar hutan agar ular keluar dan mudah ditangkap.
IVANSYAH