Menurut Hidayat, impor gula perlu dibatasi karena produksi sudah cukup. Impor, dia melanjutkan, tidak menyelesaikan masalah. Sebab, masalah gula merupakan persoalan permintaan dan pasokan. "Itu masalah klasik," ujarnya.
Hidayat menilai manajemen bahan pokok pemerintah lemah. Setiap Lebaran, masalah yang sama selalu terjadi. "Ini tiap tahun terulang, mestinya bisa dikelola," katanya.
Menurut Hidayat, pemerintah mestinya membuat pengelolaan bahan pokok. Kemudian mendata komoditas apa saja yang sering menjadi masalah pada saat menjelang Lebaran.
Selain itu, ujarnya, pemerintah juga bisa membuat stok penyangga melalui Badan Urusan logistik. Stok ini dikeluarkan ketika komoditas bermasalah, misalnya harga melambung atau menghilang dari pasar.
Hidayat melanjutkan, pemerintah pun mesti membenahi jaringan distribusi gula putih konsumsi. Upaya pemenuhan kebutuhan bahan pokok masyarakat juga mesti disertai dengan data konsumsi masyarakat.
Sementara itu, Menteri Pertanian Anton Apriantono menyatakan stok gula konsumsi lebih dari cukup saat ini. "Pergerakan hingga akhir tahun mencapai 1,4 juta ton," ujarnya di Bandar Udara Soekarno-Hatta kemarin.
Saat ini, kata dia, Dewan Gula sedang menghitung kembali gula untuk kebutuhan makan dan minum terkait dengan melonjaknya harga gula. "Masih terus dievaluasi," katanya.
Menurut mantan Sekretaris Jenderal Departemen Perdagangan 2005-2008, Hatanto Reksodipoetro, memprediksi harga gula sampai akhir tahun tidak akan turun. Tingginya harga gula, menurut Hatanto, karena gula memang langka. Tak hanya di pasar Indonesia, tapi juga pasar di luar negeri. Di dalam negeri, gula menjadi langka karena mahalnya harga gula di pasar internasional.
Kelangkaan ini membuat industri makanan dan minuman berhenti impor dan membeli produk gula di dalam negeri, termasuk gula putih yang dikonsumsi masyarakat.
Adapun di luar negeri, gula menjadi langka karena produksi gula di beberapa negara turun. Brasil, negara produsen gula nomor satu di dunia, selain produksinya turun, digunakan untuk memasok bahan baku bio-energi (ethanol) di negara itu. Padahal negara itu memasok sekitar 50 persen kebutuhan gula di dunia.
Selain Brasil, produksi gula di India turun karena ada kebijakan penurunan produksi di negara itu. Sedangkan Indonesia selalu membeli gula dari India dan Thailand. "Jadi barangnya memang tidak ada. Bukan karena ditimbun pedagang," kata Hatanto kepada Tempo kemarin.
NIEKE INDRIETTA I GRACE GANDHI I JONIANSYAH