Menurut Analisis Ekonomi Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, pasar regional Asia dalam satu bulan terakhir ini mulai mengalami goncangan yang cukup mengkawatirkan dan mengindikasikan rawannya pasar di kawasan ini.
“Investor mulai bertanya-tanya apakah krisis keuangan global jilid kedua akan terjadi akibat terjadinya gelembung (bubble) perekonomian di Cina,” kata Lana dalam analisis harian Samuel Sekuritas di Jakarta hari ini.
Pada periode perekonomian Amerika Serikat dan Eropa mengalami kemerosotan, ia menjelaskan, ekonomi regional Asia dimotori oleh Cina yang mengalami pertumbuhan positif cukup tinggi, yaitu 6,5 persen (year on year) pada triwulan kedua ini. Dengan pertumbuhan yang tinggi itu, menarik minat masuk investor global dan lokal untuk memacu indeks di pasar modal Asia.
“Tapi saat ini investor mulai kawatir dengan pemulihan ekonomi yang dianggap tidak sustainable,” ujarnya. “Indeks saham di bursa
Cina diperkirakan bisa turun hingga 25 persen pada proses konsolidasi ini.”
Cina, Lana melanjutkan, berpotensi menghadapi kredit macet karena selama semester pertama lalu perbankan di negara itu menyalurkan kredit hingga mencapai US$ 1 triliun. Dana itu diantaranya untuk spekulasi di sektor properti dan pasar modal.
GRACE S GANDHI