Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bergaya Menjadi Pelestari Budaya

image-gnews
Iklan
BatikTEMPO Interaktif, Malam yang hangat dan wangi di Ballroom Hotel Mulia Senayan, Jakarta. Rabu tiga pekan lalu, 13 perancang busana ternama Indonesia memamerkan rancangan mereka dalam acara peragaan busana bertajuk “Seribu Warna Kain Nusantara”. Semua baju yang dipamerkan menggunakan bahan kain tradisional Indonesia. Ada tenun songket Jambi dan Riau, tenun ikat gringsing, batik Garut, juga batik Sidoarjo.

Rumah Pesona Kain-lah yang punya gawe membawa kain-kain dari pelosok Indonesia ke hotel berbintang itu. Perkumpulan Rumah Pesona terdiri atas ibu-ibu wangi nan kinyis-kinyis. Mereka adalah istri pejabat tinggi atau pengusaha, yang punya semangat sama. “Kami tidak ingin kain tradisional Nusantara punah,” kata sang ketua, Ratna Indira, 55 tahun, yang biasa disapa Ike Nirwan Bakrie. Gampang dipastikan, dia istri pengusaha Nirwan Bakrie.

Upaya mengenalkan kain-kain tradisional itu terus berlanjut. Dalam “Gebyar Batik Nusantara” di Jakarta Convention Center, pengujung Agustus ini, Rumah Pesona turut memajang kain tradisional dalam stan yang berlokasi strategis di ruang Assembly 1. Kain-kain itu adalah karya perajin lokal yang dibina anggota perkumpulan atau kolega. Sebelumnya, aksi Rumah Pesona sudah terentang panjang sejak berdiri September 2005, dari peragaan busana, pameran, sampai seminar tentang kain tradisional.

Mereka tidak tiba-tiba berkesadaran menjadi “pejuang” pelestarian aset budaya. Awalnya adalah kesamaan hobi. “Sama-sama penggemar kain,” kata Ike. Dia dan beberapa temannya sering berburu kain tradisional yang indah dan unik atau sekadar bertukar info. Kain itu mulanya digunakan untuk keperluan pribadi, misalnya untuk busana pesta atau pakaian keluarga. “Kadang ke pameran, ditawari orang, atau mendatangi kolektor.”

Bincang hobi itu berlanjut dalam pertemuan seperti arisan, perayaan, atau saat hangout bersama. Akibat sering bertemu dan berbicara tentang hal yang sama, muncullah gagasan memiliki “mainan” yang sama: perkumpulan pelestari kain-kain tradisional. Akhirnya, sembilan ibu, Linda Agum Gumelar, Ike Nirwan Bakrie, Sri Redjeki Sulistio, Darwina Pontjo Sutowo, Ade Krisnaraga Syarfuan, Seminarti Gobel, Rahmi A.P. Tahir, Linda Herlinada, dan Yuni B. Adam, mendirikan Rumah Pesona Kain.

Sejak itu, program pelestarian kain tradisional pun dihela. Mereka berkeliling Indonesia memburu kain tradisional. Para perajinnya dibina, diberi penyegaran produksi, serta mendapat fasilitas pemasaran. Aktivitas ini dirancang dalam pertemuan-pertemuan di sekretariat, di bilangan Kemang, Jakarta Selatan, atau saat mereka sedang jalan-jalan bersama. “Rapat bisa di kafe-kafe,” kata Ike. Kegiatan ini pun tidak mengganggu acara keluarga. “Kan, anak-anak sudah besar,” katanya.

Tak hanya jalan sendiri, mereka juga menggaet teman gaul lain. Eny Soekamto, 55 tahun, model Tanah Air papan atas pada 1970-an, misalnya, langsung mengangguk ketika diminta menjadi pembina perajin lokal kain Aceh. “Daripada hanya jalan-jalan, makan-minum, arisan, ha-ha-he-he ha-ha-he-he. Perlu juga ada kegiatan yang positif,” katanya

Saat survei ke Aceh, Eny kaget mendapati kain songket dan tenun yang unik. Sejurus kemudian, dia masygul melihat kain-kain itu justru lebih dikenal orang luar. “Yang pesan orang Thailand dan Malaysia,” katanya. Eny makin bersemangat mengumpulkan kain motif asli Aceh, membina perajinnya, sekaligus lebih mempromosikan karya mereka. “Kalau bukan kita, siapa yang melestarikan? Nanti lama-lama punah atau diambil orang luar,” katanya.

Bagaimanapun, aktivitas ibu-ibu seperti Ike atau Eny bermanfaat bagi orang lain, meski mulanya mereka hanya mengembangkan hobi atau koleksi. Memang, saat kemapanan materi sudah tereguk, apa lagi yang dicari? Mengelola “mainan” semacam pelestarian kain itu pun tak akan mengganggu gerak langkah. Mereka tidak terkendala soal pendanaan bila ingin jalan-jalan hingga ke berbagai pelosok negeri. Para perempuan ini juga memiliki pendukung kuat. Dalam peragaan busana di Hotel Mulia Senayan itu, misalnya, logo beberapa perusahaan yang terpampang di undangan sudah menunjukkan kuatnya beking.

Untung ada kecenderungan ibu-ibu mapan melakukan kegiatan berarti. Tentu tak terbatas pada pelestarian kain tradisional. “Sesuai dengan minat masing-masing,” kata Ike. Dia mengaku bergelut di perkainan karena memang memiliki minat tinggi pada dunia itu. Beberapa kain tradisional langka, yang sudah berusia satu abad, misalnya, terkumpul dalam rak koleksinya.

Menurut Ike, kecenderungan berkegiatan sampingan semacam itu muncul karena dorongan akan rasa keindahan. Tentu ini tak lepas dari kemapanan yang memberikan ruang lebih besar untuk mewujudkan kepedulian di berbagai lahan. Ike dan teman-temannya dalam perkumpulan pelestari kain itu sudah melakukan kegiatan sosial sebelumnya di beberapa yayasan kesehatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak hanya ke kain tradisional, daya jangkau Eny juga mencapai pemberdayaan kelompok tari tradisional Banyumili. Itulah “ekstrakurikuler” lain yang dia kerjakan dalam setahun belakangan. Kelompok tari yang beranggotakan eks model seangkatan ini mengusung lakon-lakon tari cerita legenda. “Saya memang sejak kecil senang dongeng-dongeng rakyat yang mendidik,” kata Eny.

Di Banyumili ini, berkumpul para model seangkatan Eny seperti Nana Krit, Memes, Chitra Triadi, dan Andang Gunawan. Terakhir, kelompok ini mementaskan pergelaran sendratari Roro Djonggrang di Taman Sanken, Museum Nasional, April lalu. Banyumili melibatkan seniman dari Institut Seni Indonesia Surakarta dan kelompok Wayang Orang Bharata, Jakarta. Kelompok tari para eks model ini bertekad melestarikan lakon-lakon legenda rakyat yang terancam dilupakan. “Kami tidak dibayar, malah ada yang keluar biaya,” kata Eny.

Dengan semangat yang sama, mantan peragawati Dhani Dahlan, 48 tahun, juga sibuk dengan Paguyuban Kusuma Budaya. Kelompok ini menggelar pentas-pentas sendratari klasik, seperti Sudhamala, Damarwulan Menakjinggo, dan Sindhuretno. Pementasan ini juga melibatkan seniman muda dan seniman lokal. Selain di dunia tari, Dhani  tercatat aktif dalam lembaga pelestari kain Indonesia, Cita Tenun. Di sini, dia terjun ke pelosok-pelosok Badui, memberikan penyuluhan ke para perajin kain tradisional.

Masih terkait dengan aktualisasi wanita-wanita mapan di dunia tari-tarian tradisional, ada juga Ratih Dardo Subroto, model seangkatan Eny. Istri mantan Menteri Pertambangan dan Energi Subroto ini memotori paguyuban wayang orang Kunti Nalibroto. Kelompok ini tercatat menggelar lebih dari tujuh kali pentas wayang orang putri di Jakarta.

Jangan dilupakan juga nama Atilah Soeryadjaya, 47 tahun, yang memimpin Mitra Wayang Orang Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan istri pengusaha Edward Soeryadjaya itu, bersama lembaga dan jaringannya, menjaga agar kesenian tradisional yang kembang-kempis tetap hidup. Dia kerap mengajak para pesohor, pejabat, atau pengusaha turun main dalam pentas amal, yang dananya disumbangkan untuk mendukung pembiayaan kesenian tradisional.

Saluran aktualisasi wanita-wanita papan atas itu tidak selamanya di dunia feminin, seperti kain atau tari. Sejak 2004, Miranda Swaray Goeltom, 60 tahun, bekas Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, aktif dalam gerakan konservasi bangunan tua di Jakarta. Dia adalah Ketua Umum Jakarta Old Town, perkumpulan pemerhati bangunan tua Jakarta. Di perkumpulan ini, tercatat aktif juga Shanti Lasminingsih Poesposoetjipto, 61 tahun, wanita pengusaha dari Samudera Indonesia Group.

Ya, apa pun latar belakang mereka, apa pun kegiatannya, yang pasti para perempuan mapan itu sudah melakukan aktivitas bermanfaat. Yang semula hobi kini menjadi bagian dari jati diri.


HARUN MAHBUB

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

9 jam lalu

Sejumlah remaja perwakilan dari berbagai daerah berjalan dengan mengenakan busana kolaborasi kebaya, adat, dan batik saat mengikuti pagelaran fesyen Batik Specta Nusantara di Kawasan Cagar Budaya Nasional Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Sabtu 1 Oktober 2022.  Pagelaran fesyen yang menampilkan 1.000 busana batik nusantara itu sebagai upaya Pemerintah Kota Semarang mendukung Gerakan Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN) sekaligus dalam rangka menyambut Hari Batik Nasional. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.


PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

25 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.


Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

27 hari lalu

Batik Ecoprint dari Kampung Brontokusuman Karangkajen Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono
Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.


Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

44 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.


KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

51 hari lalu

Ilustrasi Batik. shutterstock.com
KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).


Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Vespa Batik. (Foto: Piaggio Indonesia)
Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.


NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

Lancer Evo Batik. (Dok NMAA)
NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.


Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

CEO Rianty Batik, Aditya Suryadinata, ketika menceritakan pengalaman bisnisnya di Rianti Batik Malioboro, Yogyakarta, Selasa, 6 Februari 2024. Pelaku UMKM batik ini berbagi pengalaman mempertahankan bisnis ketika pandemi Covid-19 melanda. TEMPO/Riri Rahayu
Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.


Jurus Yogya Branding Batik Lokal Sebagai Cendera Mata Wisata

5 Februari 2024

Aktivitas membatik dan pameran batik yang digelar di hotel Yogyakarta Senin (5/2).  Foto: TEMPO|Pribadi Wicaksono.
Jurus Yogya Branding Batik Lokal Sebagai Cendera Mata Wisata

Pekerjaan rumah saat ini, adalah bagaimana batik bisa memiliki ruang presentasi yang kontinyu untuk memperluas pasarnya.


TikTok Shop dan Tokopedia Kampanye Batik, Pedagang Bebas Biaya Komisi Sebulan

5 Februari 2024

Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) batik yang melakukan penjualan via live TikTok Shop dalam acara Showcase Event dan Konferensi Pers: TikTok dan Tokopedia Luncurkan Kampanye #MelokalDenganBatik di Yogyakarta, Senin, 5 Februari 2024. TEMPO/Riri Rahayu.
TikTok Shop dan Tokopedia Kampanye Batik, Pedagang Bebas Biaya Komisi Sebulan

TikTok Shop dan Tokopedia meluncurkan kampanye #MelokalDenganBatik. Pedagang bebas biaya komisi selama sebulan.