TEMPO Interaktif, Semarang - Ketua Asosiasi Petani Tebu Indonesia Abdul Wachid memprediksi pada Desember-Januari mendatang harga gula di pasaran Indonesia bisa menembus ke angka Rp 15 ribu per kilogram.
"Saat ini belum begitu melonjak, pada Desember mendatang harganya akan memuncak," kata Abdul Wachid di Semarang, Kamis (3/9).
Kondisi tersebut, kata Wachid, karena harga gula di pasar Internasional terus naik. Wachid mengatakan harga gula impor tanpa biaya tambahan sudah menembus ke angka Rp 7.600 per kilogram. Sedangkan kalau sudah dibebani biaya impor dan transportasi akan dijual dengan harga Rp 8.400 hingga Rp 10 ribu per kilo gram.
Menurut Wachid, harga gula untuk konsumsi masyarakat bisa naik terus karena gula yang ada tersedot untuk kalangan industri. Karena harga gula internasional naik terus, maka kalangan industri lebih memilih untuk membeli gula di dalam negeri.
Sesuai data dari Departemen Perdagangan, kata Wachid, konsumsi gula biasanya menghabiskan 250 ribu ton per bulan, tapi pada Juli lalu tingkat konsumsi mencapai 390 ribu ton. Sedangkan hingga pertengahan Agustus, konsumsi gula di pasaran sudah menghabiskan 260 ribu ton. Tingkat konsumsi gula diperkirakan bisa mencapai 500 ribu ton.
Wachid mengatakan gula yang sudah dilempar ke pasar bisa dibeli siapa pun. Kalangan industri yang selama ini memakai gula rafinasi ternyata juga membeli gula yang sebenarnya untuk konsumsi masyarakat. Hal ini karena harga gula rafinasi yang berasal dari internasional juga ikut naik tajam.
Selama ini, kata Wachid, produksi gula di Indonesa belumlah memadai karena penduduk bertambah terus. Dengan produksi sebanyak 2,7 juta ton, belum cukup untuk konsumsi penduduk yang jumlahnya sudah mencapai 230 juta jiwa.
Wachid meminta agar pemerintah kembali memberikan stimulus kepada para petani agar mau menanam tebu lagi. Selain itu, pemerintah juga harus merevitalisasi pabrik-pabrik gula yang sebelumnya mangkrak.
ROFIUDDIN