Menanti Berbuka di Atas Menara

TEMPO/Nurochman Arrazie
TEMPO/Nurochman Arrazie

TEMPO Interaktif, Ada kebiasaan baru bagi warga Bakauheni, Lampung Selatan, dan sekitarnya pada Ramadan tahun ini. Setiap menjelang berbuka, ratusan warga berkumpul di pelataran Menara Siger yang berdiri di atas sebuah bukit di Kecamatan Bakauheni. Mereka menikmati keindahan Selat Sunda yang memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa itu.

"Rasa lapar dan dahaga terasa hilang ketika memandangi birunya air dan kapal feri yang membelah selat," kata Tajudin, warga Bakauheni.

Umumnya mereka hanya duduk-duduk, berbincang ringan, atau sekadar bengong sambil menatap ke arah Selat Sunda. "Ada daya tarik tersendiri saat mata tertuju ke arah selat," ujar Tajudin.

Dari atas menara setinggi 36 meter yang berada di ketinggian 110 meter dari permukaan laut itu, mata bebas memandang hingga ujung Pulau Jawa. Keindahan akan memuncak ketika gelap mulai datang. Kerlip lampu kapal dan ribuan cahaya lampu di Kota Cilegon, Banten, bagai lautan lilin yang berpendar.

Angin laut membelai wajah, kadang bertiup kencang, lalu lembut semilir. Sungguh menenteramkan. Adapun dari sisi lain menara itu, kita dapat menatap keindahan deretan Gunung Rajabasa dan ratusan kendaraan yang melintas Jalan Lintas Sumatera menuju Bandar Lampung atau sebaliknya, dari Bandar Lampung menuju Pelabuhan Bakauheni.

Mujiono, pengunjung lain, yang bekerja di Pelabuhan Bakauheni, juga suka menikmati sore di sana. Ia hampir setiap hari berbuka di Menara Siger bersama keluarga, istri, dan kedua anaknya. Mereka membawa kolak, minuman ringan, dan nasi bungkus. Selesai berbuka dan salat magrib, ia tidak langsung beranjak, melainkan meneruskan menikmati pemandangan malam Selat Sunda. Bahkan, ia membawa teropong untuk bisa melihat jelas kapal-kapal feri yang lalu lalang.

Menara Siger adalah menara berbentuk topi atau kopiah yang biasa dipakai pengantin wanita Lampung. Warnanya kuning keemasan. "Menara itu merupakan kebanggaan rakyat Lampung, seperti Jakarta yang bangga dengan tugu Monas, Paris dengan Menara Eiffel, dan New York dengan patung Liberty," kata Sjachroedin Z.P., Gubernur Lampung.

Menara yang pembangunannya memakan biaya Rp 7 miliar itu dimulai sejak 2005 dan diresmikan pada April 2008. Sejak dibuka untuk umum dan gratis, Menara Siger menjadi tempat favorit warga Lampung Selatan menghabiskan waktu menjelang berbuka puasa. Sayangnya, di tempat ini belum ada penjual makanan untuk berbuka.

Sebelum ada Menara Siger, warga yang kebanyakan anak muda biasanya ngabuburit di Dermaga Tiga Pelabuhan Bakauheni. Mereka biasa memancing atau sekadar duduk-duduk di tepi dermaga. "Kini pengelola pelabuhan melarang warga ngabuburit di tempat itu. Kami lantas beralih ke Menara Siger yang jauh lebih indah," kata Mujiono.


NUROCHMAN ARRAZIE