Terminal Lebak Bulus Mulai Padat Penumpang

TEMPO Interaktif, Jakarta -  Memasuki sepekan sebelum hari raya Idul Fitri, jumlah penumpang di Terminal Lebak Bulus mulai meningkat. Kenaikan drastis terjadi untuk bus jurusan Jawa Tengah.

Berdasarkan pantauan TEMPO, sedikitnya 500 calon penumpang memadati beberapa titik seperti tenda khusus, loket penjualan tiket dan area warung. Di loket penjualan tiket, kepadatan semakin terasa karena calon penumpang juga harus berdesakkan dengan para agen bus.

Syarifah, 45 tahun, salah satu calon penumpang bus jurusan Semarang mengatakan, dirinya memilih berangkat hari ini untuk menghindari kepadatan yang mungkin terjadi besok. "Lha tahunya kok hari ini sudah mulai rame." ujarnya.

Sedangkan Juhaeri, calon penumpang tujuan Tasikmalaya mengeluhkan ulah para agen yang berebutan menawarkan tiket. Betapa tidak, perbuatan mereka membuat suasana terminal semakin tak nyaman. "Mereka nggak beda kelakuannya dengan calo, hanya saja mereka berseragam resmi," keluhnya.

Kepala Terminal Lebak Bulus Endi Lastion mengatakan, saat ini terjadi peningkatan jumlah penumpang dibanding hari biasanya. Trayek yang dibuka antara lain untuk kawasan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali hingga Sumatra. "Hari ini diperkirakan ada 3.000 penumpang, padahal hari biasa hanya 1.500 atau 2.000 orang saja," ujarnya.

Kenaikan tertinggi terjadi untuk trayek Jawa Tengah. Endi memperkirakan kenaikan mencapai 100 hingga 200 orang per harinya. Sekalipun demikian, ia tetap optimis para penumpang itu terangkut semua. Sebabnya, di terminal Lebak Bulus, saat ini dioperasikan 350 unit bus, yang terdiri dari 210 bus reguler antar kota antar provinsi (AKAP) dan 140 bus tambahan. "Jumlah itu cukup, karena dalam sehari diperkirakan armada yang diperlukan sebanyak 100 hingga 200 unit saja," ujarnya.

Diperkirakan tahun ini terjadi kenaikan penumpang sebesar 10 persen dibanding tahun lalu. Tercatat tahun 208 silam jumlah penumpang di terminal Lebak Bulus mencapai 121.428 dengan 5.749 keberangkatan.

Khusus untuk tarif, diterapkan dua ketentuan. Untuk bus ekonomi diberlakukan batas atas seharga Rp. 139 per kilometer dan batas bawah Rp. 86 per kilometer jarak tempuh. Sedangkan untuk tarif non ekonomi diatur oleh mekanisme pasar dan ditentukan penyedia jasa angkutan.

FERY FIRMANSYAH