Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Target Produksi Blok Cepu Mundur Tiga Tahun

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Target produksi Blok Cepu sebesar 165 ribu barel mundur dari target Maret 2010 menjadi 2013. "Keterlambatan terjadi karena proses tender kontraktor yang mengerjakan proyek itu masih tertahan di Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi," ujar President and General Manager Banyu Urip Project Executive Michael K Nelson kepada Tempo, Senin (14/8), di Jakarta.

Ia mengatakan, tender pra-kualifikasi telah dilakukan ExxonMobil dan delapan kontraktor sudah menyatakan minatnya untuk mengerjakan proyek tersebut. "Tapi BP Migas belum memberi persetujuan," katanya. Jika BP Migas memberi persetujuan, maka ExxonMobil memerlukan waktu lebih dari setahun untuk mencapai kesepakatan dengan kontraktor.

Produksi minyak Blok Cepu juga tertunda karena setahun lalu pemerintah memperdebatkan soal penempatan kilang pengolahan minyak di Tuban, apakah harus lepas pantai atau di darat saja. "Keputusan memakai kilang lepas pantai baru kami terima Maret 2009 dan itu menyebabkan proyek tertunda tujuh bulan," ujar Nelson.

Menurut dia, ExxonMobil tidak pernah memasang target produksi harus dilakukan pada Maret 2010. Target itu hanya berdasarkan asumsi dalam joint operation agreement pada 15 Maret 2006. Dalam perjanjian kerja sama itu, Pertamina dan ExxonMobil sepakat menunjuk Mobil Cepu Limited (anak usaha ExxonMobil) sebagai operator dan akan memproduksi minyak dalam kapasitas penuh 165 ribu barel per hari dalam jangka waktu 48 bulan sejak kesepakatan dibuat atau 15 Maret 2010.

"Waktu mencapai kesepakatan asumsinya tidak ada perubahan teknologi dan keterlambatan persetujuan kontrak," katanya. Ia juga membantah jika akibat dari keterlambatan proyek itu terjadi pembengkakan biaya operasional. "Kalau dibandingkan dengan plan of development lama (2001) memang biayanya meningkat," ucapnya. "Tapi kami pastikan proyek ini tetap ekonomis dan atraktif."

Sebagai contoh soal pemasangan pipa dari kepala sumur (well head) yang awalnya hanya lima ratus meter panjangnya menjadi 2,2 kilometer. Hal itu terpaksa dilakukan karena terdapat masalah pembebasan lahan. Ia juga memastikan ExxonMobil akan terus berkomitmen mengembangkan proyek ini karena dana yang telah dikeluarkan perusahaan itu sudah mencapai US$ 1 miliar.

Oleh karena itu, ExxonMobil tidak akan menyerahkan hak operatornya kepada Pertamina meskipun pemerintah dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat memberikan sinyal untuk mengambil langkah tersebut. "Tidak ada basis untuk mengganti operatorship," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Produksi awal blok ini, Nelson melanjutkan, mulai meningkat dari sekitar seribu barel pada awal September menjadi mencapai 4.700 barel per hari hingga saat ini. Targetnya pada pertengahan Oktober nanti akan mencapai 10 ribu hingga 20 ribu barel per hari.

Menurut sumber Tempo, biaya operasional Blok Cepu telah membengkak dua kali lipat karena keterlambatan produksi awal sebesar 20 ribu barel dari Desember 2008 menjadi akhir Agustus 2009. "Proyek tidak ekonomis karena 70 persen biaya yang dikeluarkan untuk sumber daya manusia, bukan untuk fasilitas, seperti pipa, yang nantinya menjadi milik negara," ucap dia.

Dana untuk produksi awal 20 ribu barel per hari naik dari semula US$ 20 juta menjadi US$ 40 juta. Biaya untuk produksi dengan kapasitas 165 ribu barel per hari membengkak dua kali lipat lebih dari US$ 2,365 miliar menjadi US$ 5,235 miliar.

Rinciannya, biaya pengeboran naik dari US$ 272 juta menjadi US$ 540 juta, biaya fasilitas di lapangan naik dari US$ 838 juta menjadi US$ 2,3 miliar, dan biaya operasi (OPEX) meningkat dari US$ 1,2 miliar menjadi US$ 2,34 miliar. Hanya biaya abandonment (reklamasi lapangan) saja yang masih tetap sebesar US$ 55 juta.

SORTA TOBING

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Empat Strategi SKK Migas Kejar Target Produksi 1 Juta Barel

11 Oktober 2019

VP Supply Export Operation PT. Pertamina (Persero), Agus Witjaksono (kedua kiri) bersama Staf Ahli Kementerian  ESDM Sampe L. Purba (keempat kanan) Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Parulian Sihotang (kiri) dan Senior VP PGPA PT. CPI Wahyu Budiarto (ketiga kanan)  menyaksikan proses lifting perdana minyak mentah (crude oil) di Terminal Oil Wharf No.1 Pelabuhan PT. CPI di Dumai, Riau, Selasa 15 Januari 2019. ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Empat Strategi SKK Migas Kejar Target Produksi 1 Juta Barel

SKK Migas menargetkan produksi migas 1 juta barel per hari pada 2030.


Harga Minyak Dunia Membaik, Produsen Gelontorkan Investasi

10 Januari 2018

22_ekbis_minyakdunia
Harga Minyak Dunia Membaik, Produsen Gelontorkan Investasi

Produsen minyak dan gas bumi kelas dunia menyambut perbaikan harga Minyak Dunia dengan menggenjot investasi.


ESDM: Produksi Minyak Sulit Bertambah

9 Januari 2018

Pertamina EP Tambah Produksi Minyak
ESDM: Produksi Minyak Sulit Bertambah

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan produksi minyak bumi pada tahun ini sulit bertambah.


Pertamina Tetap Operasikan Blok Mahakam Tanpa Total  

29 Agustus 2017

Lapangan lepas pantai Bekapai di Blok Mahakam daerah operasi Total E&P Indonesie. TEMPO/SG WIBISONO
Pertamina Tetap Operasikan Blok Mahakam Tanpa Total  

Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman menyatakan Pertamina harus siap menjalankan operasi, baik dengan Total maupun tanpa Total.


Pertamina EP Tambah Produksi Minyak

28 Agustus 2017

Stasiun produksi PT Pertamina EP Field Subang, Jawa Barat. TEMPO/Amston Probel
Pertamina EP Tambah Produksi Minyak

Target produksi Pertamina EP belum terpenuhi karena pemboran
akhir tahun lalu tidak signifikan.


Bor Sumur Baru, Pertamina Tarakan Siapkan US$ 24 Juta

31 Juli 2017

TEMPO/Dinul Mubarok
Bor Sumur Baru, Pertamina Tarakan Siapkan US$ 24 Juta

Pengeboran di aera Sembakung dan Tarakan akan dilakukan pada September 2017. Produksi migas Blok Tarakan ditargetkan 2.700 barrel of oil per day.


Pemerintah Cari Pembeli Gas Produksi Blok Masela  

30 Juli 2017

Blok Masela. http://maritim.go.id/
Pemerintah Cari Pembeli Gas Produksi Blok Masela  

Menurut pemerintah, saat ini ada beberapa calon pembeli gas produksi Blok Masela. Selain gas, pembeli diharapkan dapat memproduksi pupuk.


Pemerintah Tawarkan Pengelolaan Blok East Natuna ke Investor

30 Juli 2017

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Archandra Tahar (ketiga kanan) didampingi didampingi Wakil Ketua KPK Laode Muhamad Syarif  menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pertemuan di gedung KPK, Jakarta, 8 Agustus 2016. Kedatangan Archandra Tahar menemui Pimpinan KPK dalam rangka melakukan kerja sama dengan KPK dalam hal transparansi pengelolaan sumber daya alam di Indonesia. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Pemerintah Tawarkan Pengelolaan Blok East Natuna ke Investor

Penawaran itu dilakukan menyusul mundurnya salah satu kontraktor Blok East
Natuna, Exxon, dari konsorsium pengelola ladang migas.


Arcandra Ingin Pengelola Baru Blok Rokan Bisa Beri Nilai Tambah  

30 Juli 2017

Menteri ESDM Archandra Tahar. ANTARA/Widodo S. Jusuf
Arcandra Ingin Pengelola Baru Blok Rokan Bisa Beri Nilai Tambah  

Kontrak pengelolaan PT Chevron atas Blok Rokan berakhir pada 2021. Namun hingga kini, Cevron belum memberikan kepastian untuk meneruskannya.


Pertamina : Kerja Sama Blok Tuban dengan Petrochina Berhenti

20 Juli 2017

Pengeboran minyak dan gas di lepas pantai perairan Madura. TEMPO/Fully Syafi
Pertamina : Kerja Sama Blok Tuban dengan Petrochina Berhenti

PT Pertamina Hulu Energi tidak melanjutkan kerja sama
pengelolaan Blok Tuban di Jawa Timur.