Hiburan dari Sebuah Kunjungan

TEMPO/Dinul Mubarok
TEMPO/Dinul Mubarok

TEMPO Interaktif, Ramadan mempunyai makna lain bagi Ubay dan Berti. Kedua bocah itu tinggal di rumah yang dikelola Yayasan Sayap Ibu (YSI) di Jalan Graha Raya, Bintaro, Tangerang. Maklum, pada bulan suci ini, mereka kerap mendapat kunjungan dari berbagai pihak, termasuk sekelompok anak taman kanak-kanak, Kamis lalu. Ubay, yang menderita hydrocephalus, dan Berti dengan derita hydrocephalus anencephaly pun sesaat merasakan kegembiraan.

Sebanyak 75 siswa TK Auliya, Pondok Aren, Tangerang, itu pun begitu antusias melihat keadaan anak-anak yayasan. Dari raut wajah mereka, terlihat perasaan empati yang mendalam. "Kasihan mereka," kata Fadil Mazhud Qudwah, singkat. Bocah 5 tahun ini terlihat tidak tega melihat kondisi Berti dan teman-temannya. Sesaat setelah melihat Berti, Fadil segera berlari keluar ruangan. "Saya nggak tega melihatnya,".

Wakil Kepala TK Auliya Tri Mayasari mengaku sengaja membawa anak-anak didiknya ke tempat-tempat seperti YSI. Saban tahun, terutama ketika Ramadan, TK mengunjungi panti-panti asuhan. "Untuk menanamkan rasa berbagi kepada yang kurang beruntung," kata Maya. Senada dengan Maya, Dhiah Rully Handayani, salah satu orang tua siswa, mengatakan kunjungan ke tempat-tempat seperti YSI berpengaruh positif bagi anaknya, Nur Farah. "Anak jadi lebih bersyukur atas apa pun keadaannya. Sebab, dia telah melihat ada orang yang nasibnya kurang beruntung," kata manajer perusahaan jasa keuangan ini.

Diakui oleh Ketua Umum YSI Trusti Moelyono, setiap ada kunjungan dari lembaga-lembaga seperti sekolah, anak-anak yayasan sedikit banyak bisa terhibur. Mimik muka mereka akan menunjukkan rasa senang dengan kedatangan banyak orang. Hal itu seperti terlihat pada Ubay, 12 tahun. Meski tangan, kaki, dan tubuhnya kaku tidak bisa bergerak, raut mukanya terlihat menyeringai melihat kedatangan rombongan anak-anak itu. Ubay terlihat gembira.

Menurut Trusti, apa yang bisa dilakukannya hanyalah membuat mereka merasa gembira dan melupakan sejenak penderitaannya sehingga mereka tidak merasa sendiri dalam menanggung cacat fisik dan mental serta disingkirkan dari keluarga. Apalagi jalan bagi penyembuhan cukup gelap. Trusti menyebutkan, pada dasarnya, mereka bukanlah orang yang sakit. Mereka adalah orang yang cacat ganda: fisik dan mental. Bisa dipastikan kebanyakan usia terpanjang mereka hanya akan mencapai belasan tahun. Sebab, kondisi kepalanya yang akan semakin kronis dengan berbagai komplikasi penyakit yang menyertainya.

Selama menunggu usia belasan itulah, Berti dan teman-temannya akan menanggung rasa sakit yang belum pernah kita tahu pedihnya. "Yang kita bisa lakukan, kita lakukan, yaitu membuatnya gembira dan meringankan rasa sakit dengan terapi-terapi," kata Trusti

Walhasil, Berti, yang berusia 6 tahun, terbaring tak berdaya. Dengan suara rintihan kecilnya, ukuran kepala yang besar dan pipih karena ia tak memiliki tulang tengkorak layaknya orang normal, ia merasakan sebuah hari yang indah di bulan Ramadan. Di YSI, ia tak sendiri. Ada 18 anak lainnya dengan beragam kondisi. Penderita cerebral palsy atau kerusakan otak (11 anak), hydrocephalus (5 anak), microcephaly atau pengecilan otak (1 anak), kelamin ganda (1 anak), serta autis berat (1 anak). Rentang usia mereka mulai balita empat bulan hingga belasan tahun.

YSI mengadopsi, memelihara, mengasuh, dan merawat anak-anak cacat itu. Mereka dirawat penuh selama 24 jam oleh 12 perawat. Setiap tiga anak ditangani dua perawat. Mereka bertingkah seperti bayi, berapa pun usianya. Menangis di malam hari, BAB dan kencing di tempat, sering meneteskan air liur dengan bau tak sedap, hingga susah menelan makanan dan minuman. Untuk merawat 19 anak itu, yayasan butuh biaya tak kurang dari Rp 50 juta setiap bulan. Sebagian besar uang itu habis untuk membeli obat-obatan dan biaya terapi.

Selama ini ada donatur, meski tak tetap, sehingga keuangan yayasan kembang-kempis. Ada pula bantuan dana dari Dinas Sosial DKI Jakarta, meski hanya Rp 3.000 per orang per hari. Adapun Dinas Sosial Tangerang, tempat yayasan ini berdiri, belum mengulurkan bantuan. 

AMIRULLAH