Mencari lailatul Qodar di Negeri Singa

TEMPO/Ruly Achdiat
TEMPO/Ruly Achdiat
TEMPO Interaktif, Singapura - Berkumpul sesama perantau di negeri Jiran adalah suatu hal yang biasa. Namun, melaksanakan ibadah bersama-sama saat Ramadan karena ingin "menyemarakkan ukhuwah" sembari silaturahmi adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Begitulah kesan dari hampir setiap saudara umat muslim Indonesia yang menghadiri acara ifthar (buka puasa) IMAS (mailing list tempat komunitas muslim Indonesia yang berdomisili di Singapura untuk bertukar berita, selain berdiskusi mengupas Al-Quran dan Hadis), Sabtu pekan lalu, yang diikuti lebih dari 400 orang peserta.

"Ini jumlah terbanyak selama penyelenggaraan dalam empat tahun terakhir, yang menunjukkan pertumbuhan jumlah pencari kerja dan pelajar Indonesia di Singapura," ujar Rahman Wirajay, ketua panitia.

Acara sedikit mundur 30 menit dari rencana pukul 3 petang waktu setempat. Setiap orang yang datang mengisi registrasi dan diberi tag nama yang disematkan di baju. Ini agar sesama anggota IMAS yang mungkin jarang bertemu dapat saling mengenal lebih dekat. Dimulai dengan Tadarus Al-Qur'n bersama-sama, jemaah ifthar IMAS memulai membentuk kelompok dan bersama-sama membaca ayat suci Al-Quran.

Pukul 5 sore, acara dibuka oleh MC Radyum Ikono sambil menjelaskan bahwa acara ifthar kali ini adalah berturut-turut Taudziah Ramadhan, buka puasa bersama, salat magrib, isya dan tarawih bersama, serta terakhir akan ditutup oleh qiyamul lail dan iktikaf di masjid lokasi yang sama.

Tak ketinggalan mereka yang berkeluarga membawa serta anak-anak tercinta. Seperti yang diadakan tahun lalu, untuk anak-anak pun disiapkan acara khusus di tempat terpisah namun masih dalam lingkungan Masjid An-Nahdhah. "Anak-anak sangat antusias mengikuti acara ini, dari membuat balon, mewarnai, sampai senam bersama," ujar Adinda Presanti, pengasuh acara IMAS Junior.

Sepintas dari luar ruangan, seperti taman kanak-kanak yang sungguh ramai dan padat dengan kakak-kakak pengasuh.  

Tahun ini panitia menyiapkan berbagai penganan takjil kue-kue pasar untuk berbuka. Tentu hidangan utama khas Indonesia juga tak ketinggalan. Lalu, untuk pertimbangan efektivitas, hidangan utama disajikan di dalam kotak.

Belajar dari pengalaman penyelenggaraan tahun lalu, karena disajikan secara prasmanan mendekat waktu berbuka, terjadi antrean yang sangat panjang. "Alhamdulillah tahun ini perkiraan jumlah konsumsi sesuai prediksi," ujar koordinator konsumsi, Dieni Rachmawaty. "Jadi pada saat berbuka, semua orang, yang cukup banyak tersebut, segera terlayani."

Ini juga termasuk untuk kelompok IMAS Junior, yang beberapa saat sebelum waktu berbuka dibawa oleh kakak-kakak pengasuh keluar dari "taman kanak-kanak"-nya menuju meja makan khusus dengan hidangan anak-anak.

Hari terus beranjak malam, sekitar 30 orang peserta ifthar masih bertahan bersama-sama melakukan qiyamul lail dan iktikaf, yang difasilitasi oleh panitia dan pihak Masjid An-Nahdhah. Ini salah satu alasan panitia ifthar yang mengambil waktu acara kali ini di salah satu malam di 10 hari terakhir Ramadan agar bisa bersama-sama melaksanakan qiyamul lail untuk mencari Lailatul Qodar.  

Baru pada keesokan harinya, tepat pukul 7.30, acara ifthar IMAS 1430 Hijriah resmi ditutup. Jadi, meski tak berpuasa di kampung halaman, acara kali ini cukup bisa menumpas kerinduan terhadap suasana Ramadan yang lazim ditemukan di Tanah Air.

Ruly Achdiat (Singapura), ANB