Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan, memaparkan impor nonmigas selama Agustus mencapai US$ 7,82 miliar atau naik 14,2 persen dibandingkan impor Juli yang US$ 6,84 miliar. Impor minyak dan gas bumi tercatat US$ 1,47 miliar atau turun 19,5 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$ 1,83 miliar.
“Jika dihitung dengan ekspor Agustus yang mencapai US$ 10,55 miliar, maka surplus neraca perdagangan Agustus 2009 sebesar US$ 1,25 miliar,” kata Rusman di Jakarta, Kamis (1/10). Adapun jika dibandingkan nilai ekspor kumulatif Januari hingga Agustus yang mencapai US$ 70,3 miliar, maka surplus neraca perdagangan mencapai US$ 10,94 miliar.
Naiknya nilai impor bulan lalu disumbangkan peningkatan impor barang modal yang mencapai US$ 2,54 miliar atau naik 41,85 persen dibandingkan Juli yang US$ 1,79 miliar. Golongan barang konsumsi justru turun 15,09 persen menjadi US$ 626,6 juta dari sebelumnya mencapai US$ 738 juta. Adapun golongan bahan baku dan penolong juga turun 0,41 persen menjadi US$ 6,12 miliar.
Adapun secara kumulatif delapan bulan terakhir, seluruh golongan itu masih mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor barang konsumsi sejak Januari-Agustus 2009 mencapai US$ 4,25 miliar atau turun 29,03 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 5,99 miliar. Adapun bahan baku dan barang modal masing-masing minus 40,9 persen dan minus 1,77 persen.
Menurut Rusman, turunnya impor golongan bahan baku dan penolong berpotensi mempengaruhi negatif pertumbuhan industri. “Kami khawatir tiga bulan mendatang, industri yang berbasis komponen impor belum mempunyai sinyal yang baik untuk menggerakkan produksinya karena turunnya bahan baku,” ujarnya.
AGOENG WIJAYA