TEMPO Interaktif, BANDUNG --Musisi dari sejumlah negara mulai berdatangan ke Bandung. Mereka akan berkolaborasi dengan permainan alat musik dari bambu dalam Festival Musik Dunia Bambu Nusantara ke-3 di Bandung, 17-18 Oktober mendatang. "Mereka senang karena bisa ekspansi ke musik bambu," kata Ismet Ruhimat, music director acara kepada Tempo.
Menurut dia, musisi dari Taiwan, Norwegia, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Afrika Selatan akan tampil bersama permainan angklung, karawitan bambu, juga alunan rumpun bambu (arumba). Alat musik tradisional itu ikut mengiringi musik rock, jazz, hip-hop, juga permainan disc jockey.
Baca Juga:
Para penampil di acara yang digelar di mall Parijs van Java pada 17-18 Oktober itu misalnya, pemain flute dari Norwegia Patrik Shaw Iversen dan rapper asal Afrika Selatan Bathandwa. Musisi lainnya seperti Balawan & Batuan Ethnic Fusion, Samba Sunda, dan Ebieth Beat A. Selain itu penonton juga bakal disuguhi parade angklung, bambu karawitan, Jegog Bali, Bambu Klasik Udjo, juga seruling Nusantara dari pukul 2 siang hingga 10 malam.
Berbeda dengan dua festival sebelumnya, kali ini panitia mendatangi pusat keramaian dengan memilih lokasi acara di sebuah mall di Jalan Sukajadi, Bandung. Koordinator acara Wawan Juanda mengatakan, di tengah masyarakat urban sekarang, fungsi mall telah menjadi pusat keramaian seperti alun-alun dulu. Sebelumnya, penyelenggara sempat kecewa karena festival besar-besaran pertama lalu di Jakarta kurang bisa mendatangkan banyak penonton.
Menurut dia, festival ini ingin menunjukkan ke khalayak bahwa bambu tak sekedar alat musik tradisional di Indonesia, tapi juga bisa dimainkan bersama musik rock, jazz, juga bersama disc jockey. "Musik bambu tak ketinggalan zaman," ujarnya. Festival bertema We Living, We Eating, and We Playing with Bamboo itu juga untuk mendukung upaya Saung Udjo agar angklung mendapat pengakuan PBB sebagai alat musik bambu asli Indonesia.
Tahun depan, festival itu rencananya akan dibuat lebih mendunia dengan mengundang banyak musisi luar negeri. Tujuannya untuk menegaskan kekayaan musik bambu Indonesia. Untuk sekarang, baru sejumlah musisi kenalan saja yang diminta ikut sukarela tak dibayar karena terbatasnya dana.
ANWAR SISWADI