TEMPO Interaktif, Surakarta - Pemandangan di Stasiun Purwosari Solo terlihat lain dibanding hari biasa, Jumat (02/10). Pegawai PT Kereta Api uang ditugaskan di stasiun tersebut biasanya dapat dikenali dengan mudah dari seragamnya yang berwarna biru. Namun Jumat itu mereka mengenaikan pakaian batik selama bekerja.
Bukan hanya petugas, pedagang yang berjualan di dalam lokasi stasiun semua juga mengenakan batik. Menurut para pedagang, petugas stasiun telah menginstruksikan agar semua yang bekerja di areal stasiun mengenakan pakaian batik selama Jumat hingga Sabtu ini.
Petugas Stasiun Purwosari tidak main-main. Instruksi tersebut juga diberikan kepada kereta api feeder (langsir) Senja Bengawan jurusan Solo hingga Wonogiri. Kereta api yang mengangkut dua gerbong tersebut juga diwajibkan "berpakaian" batik untuk menyambut pengukuhan batik sebagai warisan budaya milik Indonesia oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO).
Tentu saja para petugas stasiun harus konsekuen dengan perintahnya tersebut. Mereka menunggu kedatangan KA Senja Bengawan yang selalu datang pada pagi hari. Setelah KA tersebut datang, dilepaslah dua gerbong untuk dibawa ke Wonogiri. Lokomotif BB 30029 disambungkan ke dua gerbong tersebut untuk menariknya ke Wonogiri, sekitar 34 kilometer arah selatan Solo.
Sebelum berangkat, petugas stasiun bahu-membahu menyelubungkan kain batik ke salah satu gerbong. Memang tidak semua bagian dapat tertutup. Namun selubung tersebut cukup mampu menutupi warna orange biru khas gerbong kereta ekonomi. Untuk gerbong satunya, petugas menempelkan penutup berbahan vinyl ukuran besar yang diberi motif batik. Perlu waktu sekitar dua jam untuk menempel, sehingga kereta mengalami keterlambatan untuk berangkat.
Sepanjang perjalanan, kereta feeder tersebut mendapatkan perhatian dari masyarakat. Apalagi, kereta tersebut melewati rel yang melintas di tepi jalan protokol Kota Solo, Jalan Slamet Riyadi. Karena kereta terlambat berangkat, beberapa jalurnya ternyata telah dikuasai oleh puluhan becak yang terparkir. Suara klakson kereta cukup membuat abang becak yang pulas tertidur kaget, dan tergopoh-gopoh menyingkirkan becaknya.
"Kita turut menyambut pengukuhan batik sebagai warisan budaya milik Indonesia," kata Jaka Mulyana, Kepala Harian Stasiun Purwosari Solo. Apalagi, tambahnya, Solo selama ini dikenal sebagai kota penghasil batik.
Menurutnya, hampir semua petugas stasiun mengenakan pakaian batik. "Kecuali Petugas Perjalanan Kereta Api," kata Jaka. Sebab, pakaian Pemimpin Perjalanan Kereta Api sudah terstandarisasi dan tidak oleh diubah.
AHMAD RAFIQ