Batik kini tak hanya daster, seprai, kain panjang, atau pakaian resmi lainnya, tapi juga pakaian sehari-hari yang bisa dikenakan ke kantor atau acara-acara informal. Kebutuhan ini dengan mudah dipenuhi oleh beberapa toko batik di Kelapa Gading. Motif apa yang paling laris?
Cipto, pekerja Toko Anda, mengatakan minat pembeli bervariasi. Orang Jawa beragam usia menyukai motif klasik, seperti Parang, Tambal, dan Sekar Jagat. Akan halnya etnis Tionghoa lebih menyukai warna terang, seperti merah, hijau, cokelat, dan merah-hijau. "Mereka berusia 40-80 tahunan," ujarnya, Senin lalu.
Toko Anda, misalnya, adalah toko batik tertua di Kelapa Gading. Toko yang didirikan pada 1985 itu menjual daster, kain, kemeja pria, hingga seprai. Harganya beragam dari Rp 50 ribu hingga ratusan ribu. Ada yang bermerek, ada pula yang tidak.
Tak hanya yang klasik, yang kontemporer dan modern pun diminati. Di Mal Kelapa Gading, penjual batik bermotif ini di antaranya adalah gerai Parang Kencana. Model dan bahannya beragam. Ada yang dari sutra, juga katun. Gerai ini menyediakan pakaian eksklusif. "Ada kemeja batik yang hanya dibuat satu untuk satu size," kata Reza, penjaga gerai itu. Harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Menurut Cipto, beberapa tahun terakhir ini omzet tokonya melonjak. Anak-anak sekolah diwajibkan mengenakan batik sekali sepekan. Karenanya, kemeja-kemeja lengan pendek terjual lebih banyak. Tuti Pranoto, pemilik Toko Batik Anda, mengatakan anak sekolah menyukai batik untuk seragam dengan warna variasi. "Mereka juga suka warna cerah seperti merah dan hijau."
Menurut Reza, peminat batik di gerainya kebanyakan pria dan perempuan yang usianya 30 tahun ke atas. Mereka peminat batik eksklusif, bukan yang telah banyak ditemui di pasar.
Desainer fashion yang tinggal di Kelapa Gading, Pamela Bethia, mengatakan tren baju batik yang sedang digemari adalah yang modelnya sederhana dan modern. "Orang-orang Kelapa Gading biasanya mencari yang modern dan unik, bukan yang produksi massal lagi."
IRFAN SJAFARI