Pada 2 Oktober lalu, United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organisation mengukuhkan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Untuk itu, Pekalongan menggelar karnaval batik Minggu ini.
Selain karnaval, sekitar 300 orang ikut menandatangani dukungan di atas kain mori dengan menggunakan alat batik canting, dipimpin Wali Kota Pekalongan Basyir Ahmad, Bupati Pekalongan Siti Qomariah, dan sejumlah pejabat. “Sikap ini akan kami teruskan kepada Presiden dengan harapan agar 2 Oktober dijadikan Hari Batik Nasional,” ucap Abu Al Mafachir, Wakil Wali Kota Pekalongan, saat selesai melepas karnaval batik, Minggu pagi ( 4/10).
“Semangat ini, untuk membangkitkan kembali batik tulis Pekalongan yang usianya sudah ratusan tahun, yang hampir tenggelam akibat perkembangan printing,” lanjut Abu Al Mafachir.
Lalu lintas berbagai sudut jalan di kota Pekalongan, Minggu (4/10) macet. Kegiatan karnaval batik yang digagas masyarakat Pekalongan dan disambut positif Pemerintah Kota dan Kabupaten Pekalongan ini, diikuti puluhan ribu peserta putra-putri dan tua –muda dari berbagai elemen.
“Yang daftar ada 22 ribu peserta,” ucap Agung Firmansyah, salah satu panitia dan penggagas acara itu.
Sejak Jumat kemarin ( 2/10), berbagai kegiatan dilakukan untuk merayakan dikukuhkannya batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO. Pemerintah Kota mewajibkan pegawai negeri, pegawai swasta, anak- anak sekolah, dan perguruan tinggi di Pekalongan memakai batik. Pada Jumat malam, di bekas Pendopo Kabupaten Pekalongan, dilakukan syukuran dengan dibacakan Prakarsa Pekalongan berupa pernyataan sikap, masing- masing meminta agar 2 Oktober dicanangkan sebagai Hari Batik Nasional.
BANDELAN AMARUDIN