TEMPO Interaktif, Jambi - M. Tantriadi, murid kelas 7-D SMP Negeri 20 Talangbakung Jambi, mengalami luka memar di sebagian wajahnya. BUkan berantem, namun dia dipukul gurunya bernama A. Guntur, Senin (5/10). Atas kejadian tersebut, orang tua korban tidak terima dan melaporkan ke aparat kepolisian.
"Saya sore kemarin menerima laporan dari anak saya, jika dirinya telah dipukul salah seorang gurunya. Saya tidak terima atas perbuatan itu, maka saya laporkan kejadian ini kepihak kepolisian," kata Andi, orang tua korban, kepada wartawan seusai melapor di Polisi Sektor Jambi Selatan, Kota Jambi, Selasa (6/10).
Andi yang merupakan warga RT 23, Kelurahan Talangbakung, Kecamatan jambi Selatan, menuturkan, anaknya dipukul oknum guru yang sekaligus wali kelasnya itu, karena dituding kedapatan menonton film porno melalui ponsel milik anaknya.
"Berdasarkan cerita anak saya, dia tidak pernah melakukan perbuatan sesuai yang ditudingkan. Anehnya lagi, anak saya dipukul dan ditampar sebanyak tiga kali pada bagian muka, sehingga mengalami luka memar," ujarnya.
Gusnaldi, Kepala Sekolah SMP Negeri 20 Talangbakung Jambi, mengakui jika dirinya sudah mengetahui adanya permasalahan itu, namun dirinya membantah jika anak buahnya telah melakukan penganiayaan terhadap salah seorang muridnya.
"Yang saya tahu pak Guntur hanya menepis dan itu pun dengan pelan. Saya kira apa yang dilakukan Pak Guntur itu wajar dan hanya memberikan pelajaran dan sekedar peringatan sekaligus pelajaran , jika apa yang dilakukan salah seorang murid kami itu adalah perbuatan tidak baik," Gusnaldi.
Menurut dia, orang tua murid sudah dipanggil dan telah terjadi pertemuan dengan pihak sekolah dan telah melakukan proses perdamaian.
Guntur, oknum guru yang dituding telah berbuat tindakan penganiayaan tersebut, mengakui jika dirinya telah menepis bagian muka korban, karena korban bersama tiga orang temannya yang lain Rabu pekan lalu ketahuan sedang asyik nonton flm porno di telpon seluler milik korban.
"Benar saya menepis muka murid saya, tapi itu pun pelan. Sebelumnya saya sempat menahan dan menyita telpon seluler milik Tantriadi, tapi beberapa hari kemudian saya kembalikan lagi. Apa yang saya lakukan hanya didasari saya menyayangi murid saya, karena perbuatan seperti itu berdampak negatif atas perkembangan jiwa para murid itu sendiri," ujarnya.
Sementara itu, pihak penyidik dari Polisi Sektor Jambi Selatan, mengakui, jika pihaknya telah menerima laporan terkait adanya dugaan penganiayaan tersebut. Hanya saja, belum bisa dilakukan proses lebih lanjut, karena korban melapor tidak disertai bukti visum yang bisa menguatkan apakah telah terjadi penganiayaan atau tidak.
"Korban sudah kita anjurkan untuk divisum. Kita masih menunggu hasil visum itu," kata salah seorang penyidik yg enggan disebut jati dirinya kepada wartawan.
SYAIPUL BAKHORI