TEMPO Interaktif, Pekanbaru.
Anggota Dewan Penasehat Partai Golkar, Aburizal Bakrie terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar dalam pemilihan yang melibatkan 538 pemegang hak suara. "Aburizal Bakrie ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar," kata Ketua Pimpinan Sidang, Fadel Muhammad dalam pemilihan ketua umum di Musyawarah Nasional VIII Partai Golkar di Labersa Grand Hotel, Kamis selepas dinihari (8/10).
Saat pemilihan hanya 536 suara yang sah. Satu suara tidak memenuhi syarat dan satu suara tidak sah. Aburizal mengumpulkan 296 suara dan Surya Paloh 240 suara. Sedangkan Yuddy Chrisnandy dan Hutomo Mandala Putra tidak mendapatkan suara. Dalam papan perhitungan panitia tertulis suara untuk Ical 346 sedangkan suara untuk Paloh 190.
Usai pemilihan, sejumlah Dewan Perwakilan Daerah langsung naik ke panggung untuk merayakan kemenangan. Sedangkan Surya Paloh menyalami Ical sebagai pemenang dan langsung meninggalkan ruangan sidang. Ketika diminta komentar kekalahannya, dia berkomentar pendek "Jangan bersedih, masih ada hari esok." Sedangkan Yuddy Chrisnandi dan Hutomo Mandala Putra tidak terlihat setelah Ical dinyatakan Ketua Umum Partai Golkar terpilih.
Dalam pidato kemenangannya, Aburizal Bakrie mengatakan hari ini Golkar telah menjalankan demokrasi dengan baik. Dia menyakini akan tetap bersahabat dengan Paloh meski mereka bertarung dalam persaingan ketat dan tajam. "Tunjukan pertarungan ketat tapi tetap bersahabat setelah itu."
Dia mengatakan kondisi Partai Golkar di persimpangan dengan memperhatikan hasil pemilihan legislatif. "Jangan terlena. Kualitas kita diuji bukan saat terburuk tapi bangkit kembali dalam keterpurukan harus membuktikan kembali merebut masa depan."
Dia melanjutkan ke depan Partai Golkar menjanjikan peningkatan kesejahteran dan keadilan, pembangunan kesejahteraan kebhinekaan dan toleransi. Selain itu, dia memastikan Partai Golkar adalah kendaraan politik seluruh partai indonesia untuk merebut kekuasaan. "Bukan kekuasaan semata tapi untuk kepentingan yang lebih besar," katanya,"Partai Golkar bukan alat politik orang perorangan alat indonesa untuk capai cita-cita negeri."
Pemilihan juga sempat diwarnai protes dari DPD II Langkat dan DPD II Kepulauan Seribu yang akan dihapuskan suaranya. Namun akhirnya panitia tidak menghapuskan dua DPD II ini.
EKO ARI WIBOWO