Di parlemen, Arbi melanjutkan, makin tak bisa diharapkan memberi pendapat alternatif. Arbi memperkirakan, tak ada lagi oposisi efektif di Dewan Perwakilan Rakyat. Apalagi, besar kemungkinan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerakan Indonesia Raya bergabung dalam koalisi. “Kalau Hanura (Partai Hati Nurani Rakyat) saja jadi oposisi, tak akan efektif," katanya.
Kekuatan koalisi, jelas Arbi, saat ini sudah menguasai lebih dari 60 persen kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Koalisi ini akan bertambah kuat dengan bergabungnya Golkar. Sejak awal, Ical pun sudah menyatakan akan membawa Golkar ke dalam koalisi.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Aburizal Bakrie, terpilih sebagai ketua umum Partai Golongan Karya dalam Musyawarah Nasional VIII Golkar di Pekanbaru, Riau, Kamis (8/10) dini hari. Ical mengalahkan calon-calon lain diantaranya Surya Paloh, Yuddy Chrisnandi, dan Hutomo Mandala Putra.
Arbi khawatir, pemerintahan Yudhoyono akan semakin otoriter. Yudhoyono, kata dia, saat ini menjadi pemegang kekuatan terbesar seperti Soeharto saat jaman orde baru. "Ciri pemerintahan otoriter, semua kekuatan berada di satu kubu," kata Arbi Sanit.
Ia menduga partai yang tergabung dalam koalisi tak akan berani bersikap kritis terhadap pemerintah. Kalaupun ada partai yang membangkang terhadap kebijakan Yudhoyono, tak akan membuahkan hasil. Ia mencontohkan, saat Yudhoyono memilih Boediono sebagai calon wakil presiden, partai koalisi berusaha menolak. “Tapi akhirnya semua diam," ujar Arbi Sanit.
PRAMONO