Sejumlah gedung yang diasuransikan itu antara lain Bank Indonesia, Taspen (Persero), dan rumah sakit. Selain properti, Jasa Raharja juga menerima klaim asuransi kecelakaan diri dan engineering. Saat ini sudah 99 pihak yang melapor untuk pencairan asuransi.
Slamet menambahkan Jasa Raharja tengah menunggu hasil audit kerugian dari penghitung independen. Biasanya, pihaknya bekerja sama dengan universitas setempat untuk menghitung nilai kerugian. "Tapi bisa saja pakai penaksir kerugian sendiri," ujar Slamet.
Dia menjanjikan pencairan asuransi tidak memakan waktu lama. Menurut dia, pembayaran asuransi untuk kecelakaan diri relatif lebih cepat ketimbang properti karena harus menaksir kerugian. "Waktu gempa di Yogyakarta dalam dua minggu sudah kita bayar," katanya mencontohkan.
Slamet menambahkan, potensi kerugian yang harus dibayar itu tidak akan mengganggu target pendapatan perusahaan tahun ini. Jasa Raharja tahun ini menargetkan pendapatan sebesar RP 900 miliar. "Tidak berpengaruh karena ini sifatnya sudah katastropik (risiko yang dapat menimbulkan kerugian harta dan korban jiwa yang sangat besar)," ucapnya.
DESY PAKPAHAN