Hal ini dipicu oleh data kenaikan cadangan minyak pemerintah Amerika Serikat yang menunjukkan tingkat cadangan yang lebih rendah dari ekspektasi analis di tengah menurunnya impor minyak dalam dua bulan terakhir.
Naiknya indeks Dow Jones di bursa saham New York beberapa waktu silam yang sempat menembus level 10 ribu, serta terus jatuhnya dolar AS terhadap mata rival utamanya memicu kenaikan harga minyak.
Cadangan minyak AS sebenarnya naik 1,3 juta barel hingga 16 Oktober kemarin menurut energi Information Administration (EIA). Namun, para analis memprediksikan semestinya cadangan naik 2,2 juta barel.
Impor minyak AS turun menjadi 8,7 juta barel per hari pada akhir pekan lalu, level terendah sejak 14 Agustus lalu. Penyulingan minyak AS juga dipertahankan pada level rendah dengan tingkat utilisasi 81 persen mendekati level terendahnya dalam enam bualn terakhir.
Harga minyak untuk kontrak Desember naik US$ 2,25 atau 2,8 persen menjadi US$ 81,37 per barel, harga penutupan tertinggi sejak Oktober tahun lalu. Harga minyak dalam perdagangan kemarin sempat menyentuh US$ 82 per barel.
“Pemicu utama melonjaknya harga minyak karena kita melihat bahwa pelamahan dolar AS akan terus berlanjut,” kata tariq Zahir, Direktur Pelaksana dari Tyche Capital Advisor.
Adapun harga bahan bakar bensin di AS untuk antaran November turun US$ 0,66 atau 3,4 persen menjadi US$ 2,0543 per galon, dan harga minyak pemanas untuk kontrak November naik 5,8 sen atau 2,8 persen menjadi US$ 2,1053 per galon.
MARKETWATCH | VIVA B. KUSNANDAR