Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Suara-suara untuk Jero Wacik

image-gnews
TEMPO/Nickmatulhuda
TEMPO/Nickmatulhuda
Iklan
TEMPO Interaktif, Terpilihnya kembali Jero Wacik sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata mengagetkan banyak pelaku budaya. Pemerintah dianggap meneruskan visi kebudayaan yang terlalu material. Demikian rangkuman Tempo dengan sejumlah seniman dan pekerja seni.
    
Di mata Susilo Bambang Yudhoyono, Jero kemungkinan dianggap sukses lantaran portofolio kepemimpinan Jero Wacik "menjual" sektor pariwisata laris manis. Pada 2008, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tercatat lebih dari 6,4 juta jiwa dengan total devisa di atas angka US$ 7,5 juta.
   
Itu angka terbesar dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Tahun ini, Jero menargetkan kunjungan menjadi 7 juta wisatawan mancanegara hingga 2010. Di samping itu, dalam masa pemerintahannya, Jero dianggap berhasil membuat UNESCO mengukuhkan beberapa warisan asli Indonesia menjadi warisan budaya dunia.
   
Akan tetapi, di mata seniman, kebijakan Jero di kabinet lalu justru banyak tak memuaskan. Dari bidang perfilman, Mira Lesmana kini masih melakukan perlawanan terhadap lahirnya Undang-Undang Perfilman. Mira bersama sineas lainnya masih tetap bakal membawa undang-undang tersebut ke Mahkamah Konstitusi untuk judicial review.

"Jero Wacik bangga banget dengan produk UU Perfilman, seperti sebuah kemenangan," katanya. Menurut Mira, Jero melihat produk itu sebagai sebuah kemajuan dalam dunia perfilman. "Dia seolah mengklaim majunya perfilman Indonesia karena dia jadi menteri," kata Mira ketus. Mira menambahkan, masih ada kesempatan kedua untuk meminta pertanggungjawaban Undang-Undang Perfilman di jangka waktu kepemimpinan Jero Wacik lima tahun mendatang.
    
Dikukuhkannya wayang, keris, dan terakhir batik oleh UNESCO sebagai warisan dunia juga dipandang sebagian seniman belum mampu menjadi bukti keberhasilan Jero. "Usaha mempertahankan wayang, keris, dan batik bukanlah usaha Jero Wacik sendiri. Dia lebih tepatnya hanya sebagai penerus perjuangan yang tinggal menunggu hasil. Yang berjuang keras adalah pendahulunya," kata pekerja dan pemikir seni, Radhar Panca Dahana. "Jadi bisa dibilang bahwa tidak ada kemajuan signifikan terhadap kebudayaan."

Sebelum dipilih kabinet baru, beredar tuntutan dari banyak seniman dan budayawan agar kementerian kebudayaan nantinya dipisah dengan pariwisata. "SBY pernah berjanji akan memisahkan kebudayaan dengan pariwisata. Saya pikir saat pembentukan kabinet jilid dua kemarin janji itu bisa terealisasi," kata teaterawan Ratna Riantiarno. Ternyata, setelah kabinet diumumkan, kebudayaan tetap dengan pariwisata dan ada pergantian yang prinsipil. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang semula berada di bawah koordinasi Kementerian Kesejahteraan Rakyat, kini akan berada di bawah  koordinasi Kementerian Perekonomian.

Tindakan ini agaknya dipilih Presiden Susilo Bambang Yudhoyono setelah melirik konsep negara seperti Singapura, Jerman, dan Amerika Serikat, yang sudah lebih dulu mengambil langkah itu. Negara-negara maju tersebut telah menerapkan konsep ekonomi-budaya yang berwatak kesponsoran yang selaras dengan pengurangan pajak. 

Bagi Radhar Panca Dahana, perubahan itu mengkhawatirkan. Radhar melihat hal itu justru semakin menjerumuskan kebudayaan menjadi produk yang dimaterialkan. "Kalau begitu, kematian kebudayaan tinggal menunggu waktu," ujarnya. "Saya khawatir pelaku budaya stres dan akhirnya berakibat pada proses kreatifnya." Radhar melihat bisa jadi seniman-seniman nantinya berkreasi hanya untuk sekadar memenuhi tuntutan materialnya. "Kebudayaan kemudian menjadi barang dagangan," katanya.

Budayawan Butet Kertaredjasa sependapat dengan Radhar. "Meresahkan sekali. Dengan cara itu, budaya bakal jadi barang dagangan." Bagi Butet, keputusan itu menyalahi prinsip dasar kebudayaan sendiri. "Budaya itu sifatnya budi pekerti yang luhur," katanya.

Namun, aktivis budaya pengurus Yayasan Kelola, seperti Linda Hoemar Abidin, justru menyambut  baik jalan ini. "Justru dengan perpindahan koordinasi ini, para pekerja seni budaya bisa dilibatkan secara langsung sebagai pemain ekonomi kreatif," ujarnya. Ekonomi kreatif yang dimaksud Linda adalah industri-industri kreatif berupa barang-barang kebudayaan. Makin banyak pertunjukan seni yang digelar, makin banyak juga usaha-usaha sekitar yang menjadi maju karenanya. "Contohnya saja, kalau seniman bikin pertunjukan. Sektor ekonomi level buncit di sekitarnya, seperti tukang jualan, bakal meraup untung," dia menjelaskan.
   
Tapi prinsip seperti itu lantang terbantahkan dalam perspektif seorang Butet. "Kalau begitu, nanti yang terjadi adalah pergeseran motivasi si senimannya," kata Butet. Dikhawatirkan seniman akan berorientasi pada provit making. Orientasi keuntungan itu, secara pelan tapi pasti, bakal melindas kesenian-kesenian di luar jalur mainstream. "Komersialisasi kebudayaan sebenarnya sudah dari dulu," ucapnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akan halnya Sardono W. Kusumo, dia melihat kepentingan pergeseran koordinasi kementerian ini lebih menonjol pada sektor pariwisatanya. "Memang untuk segi pariwisata, keputusan ini tepat sekali, karena sejalan. Namun, tidak untuk kebudayaan," katanya.

Para pelaku kebudayaan agaknya mengharapkan menteri kebudayaan adalah sosok yang memiliki kehangatan terhadap peristiwa-peristiwa budaya. Dia adalah sosok yang selalu mau berada di tengah-tengah perhelatan dan perbincangan teater, tari, musik, sastra, film, festival seni tradisi, dan sebagainya. Dia adalah sosok yang antusias untuk memahami perkembangan terbaru seni kontemporer. "Bulan depan, saya bersama kawan-kawan berniat membuat festival Rendra di TIM, saya mau undang SBY dan Jero Wacik. Dari situ terlihat seberapa pedulinya mereka terhadap kebudayaan," kata Ratna.

Aguslia Hidayah 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

26 hari lalu

Gapura Joyland Festival Bali 2024 di Peninsula Island, Nusa Dua Bali pada Jumat, 1 Maret 2024. TEMPO/Intan Setiawanty,
Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.


Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Aktor Butet Kertaredjasa melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta


Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo - Mahfud MD, dan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka
Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.


Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Akmal Nasery Basral. ANTARA
Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.


Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images
Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.


Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Domba peserta kontes Domba Catwalk di Situ Bagendit, Garut, Jawa Barat, 21 Februari 2015. Acara tersebut untuk mempromosikan Domba Garut sekaligus kawasan wisata Situ Bagendit. TEMPO/Prima Mulia
Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.


WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

Pertunjukan seni teater
WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.


Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Karya gambar berjudul
Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.


Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar


Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Pemain teater Syahid berperan dalam teater bertajuk
Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI