TEMPO Interaktif, Kegembiraan Rishaf dan Fazzu tak bisa terbendung lagi ketika Sabtu lalu kaki mereka menginjak lantai 3 Plaza Indonesia Extension. Kemeriahan sudah di depan mata. Mereka pun langsung berlari dan menatap bergantian pada rumah kayu, jembatan tali, dan komidi putar penuh lampu kelap-kelip, serta kereta api yang melaju dengan asap dan pak masinis mengenakan seragam khas. Mereka baru saja menginjakkan kaki di arena belajar dan bermain Miniapolis yang baru dibuka pada Juni lalu.
Setelah memelototi sederet wahana, ada sesuatu yang menggelitik kedua bocah laki-laki berusia 7 tahun itu. Terlihat sepasang baju sumo yang tergantung di dekat matras dengan lingkaran bulat. Serentak keduanya memasang pakaian supertebal yang membuat penampilan mereka bak pesumo sungguhan. Dan sang wasit pun sudah memberi aba-aba. Pertarungan dimulai dan dipenuhi tawa, meski kaki serta tangan mereka saling beradu. Setelah jatuh-bangun, keduanya tersenyum puas.
Sumo adalah salah satu permainan yang ditawarkan arena bermain di plaza yang sebelumnya lebih banyak dikenal sebagai tempat belanja dan kongko orang dewasa. Untuk menjadi pesumo cilik, setiap anak harus membeli tiga tiket. Per tiket seharga Rp 5.000. Selain menjadi pesumo, mereka bisa main lempar bola ke kaleng dan lempar bola basket dengan kewajiban membeli 2-3 tiket. Di luar itu, masih ada permainan lain. Amelia Aryanti--yang akrab dipanggil Yanti--Marketing Communication Executive Miniapolis menyatakan konsep yang disodorkan dari arena ini berbeda dengan arena bermain lain.
"Miniapolis adalah sebuah kota mini metropolis yang khusus menawarkan keceriaan bagi seluruh anggota keluarga," ujarnya. Arena ini tak hanya menjadi tempat bermain anak, tapi juga jadi tempat belanja dan berkumpul keluarga. Sebab, selain menyediakan arena permainan, tersedia tempat belanja dan restoran, sehingga ibu bisa belanja beragam kebutuhan serta berkumpul, sementara anaknya puas bermain. Ada toko sepatu, pakaian, permainan dan foto anak, serta salon khusus untuk para bocah. Tercatat ada 42 gerai kebutuhan anak yang berasal dari berbagai negara. Lantas ada sejumlah makanan yang cocok untuk anak. Selain itu, terdapat restoran dengan menu yang bisa disantap orang dewasa. Di sinilah biasanya para ibu berkumpul, sementara anak-anaknya bermain.
Seperti yang terlihat pada siang itu. Sekelompok ibu bersantap siang di sebuah restoran tepat di seberang arena bermain Hideout. Meski wahananya menggunakan nama asing, Yanti menyebutkan, konsep arena tersebut murni lokal. Tiketnya dibanderol Rp 20-70 ribu. Sedikitnya ada enam wahana yang disesuaikan untuk bermain dan belajar anak. Ada wahana khusus anak usia di bawah 6 tahun, seperti Noas Park, atau Hideout, arena bermain berkonsep rumah pohon bertingkat dua untuk anak usia di atas 6 tahun. Untuk masuk ke Hideout, per anak biayanya Rp 70 ribu, namun anak bisa main sepuasnya. Yanti menyarankan untuk mampir ke Doodles. Sebab, inilah ruang bagi anak untuk melatih motorik halus dan kasar serta merangsang imajinasi dan kreativitas. Di sini anak bisa melukis, belajar menulis karangan, kerajinan tangan, merakit robot, dan seni pertunjukan.
Arena ini, menurut Yanti, mempunyai dua ikon, yakni Zee dan Milo. Zee adalah anak perempuan yang gemar berkhayal. "Ia mempunyai empat imaginary friend," ucapnya. Ia senang menulis cerita dan berangan-angan menjadi penulis besar. Ke mana pun ia pergi, ia selalu membawa buku catatan hariannya. Sedangkan Milo, adiknya, adalah anak laki-laki yang selalu ingin tahu. Pikirannya penuh dengan ide petualangan. Ia pun menyebut Miniapolis--created for kids, enjoyed by all. "Ini tempat keluarga, bukan anak saja. Kami ingin tempat ini disebut one stop family fun."
Komplet memang, tapi lain anak lain pula pilihannya. Ketika Farah, 8 tahun, menikmati tempat ini, ia juga bisa mencicipi es krim mungil Thumb Thumb Bear, memilih aneka makanan, dan ketika pulang bisa membeli mainan. Maka Rishaf lebih melirik Kidzania di Pacific Place. Dalam lima jam, ia mengaku bisa mengalami banyak hal, seperti menjadi polisi, pemadam kebakaran, dan membuat pizza. "Dan balap mobil berkali-kali," ia berteriak senang. Sebaliknya, bagi Fazzu, kunjungan ke indoor theme park di Mall of Indonesia (MoI) yang paling berkesan. "Lebih seru," jawabnya. Ia bisa bermain aneka mainan menantang mirip yang ditemukan di Dunia Fantasi, seperti ayunan tinggi dan ontang-anting.
Berbeda arena, berbeda juga tarifnya. Di Miniapolis, ditawarkan juga sistem keanggotaan dan anak akan mendapat paspor dengan gambar lucu. Dengan membayar biaya keanggotaan sebesar Rp 100 ribu per tahun, anak bisa mendapatkan diskon sekitar Rp 10 ribu untuk setiap permainan. Sedangkan di Kidzania, dengan tiket Rp 115 ribu pada hari biasa dan Rp 150 ribu pada akhir pekan, anak-anak memiliki waktu lima jam di kota kecilnya untuk menjalani sejumlah profesi yang ditawarkan. Di MoI, ada sejumlah permainan di dalam ruangan yang mirip Dunia Fantasi, Ancol, atau Kidzania. Tarifnya Rp 10-75 ribu. Tinggal orang tua atau anak yang memilih, mana yang paling mereka suka atau boleh jadi mana yang terdekat dari rumah?
RITA NARISWARI