TEMPO Interaktif, Jakarta - Puluhan pasukan berkaos hijau tampak menyusuri gorong - gorong di kawasan Tanjung Duren Jakarta Barat, Sabtu (31/10).
Berbekal karung sampah ukuran 5 kilogram, sapu lidi dan serokan sampah, tak segan mereka harus beradu lumpur, mengangkut sampah yang menyumbat aliran air. Aji Susanto, 57 tahun, pensiunan swasta salah satunya. Warga Tanjung Duren Utara ini tampak semangat mengikuti kerja bakti yang diprakarsai pusat perbelanjaan swasta tersebut. "Di sini sangat sulit mengadakan kerja bakti," ujarnya ditemui di lokasi.
Baca Juga:
Kawasan yang dikelilingi universitas swasta seperti Universitas Trisakti, Universitas Tarumanegara dan Ukrida itu memang didominasi oleh tempat kos yang menampung mahasiswa. Kondisi ini memicu permasalahan tersendiri, menurut Aji, penghuni rumah kos tersebut cenderung eksklusif dan enggan ikut kerja bakti.
"Saya paling tidak suka ada warga yang hanya memberi uang lalu santai-santai di rumah. Di sini semua harus singsingkan lengan baju," tegas dia. Hal senada diungkap Lurah Tanjung Duren Utara, Samsudin Nur. Menurutnya sebagian besar warga sibuk dengan kegiatannya masing-masing dan enggan mengikuti kegiatan di wilayahnya. "Susah menghimpun massa yang besar," kata dia.
Namun berbeda dengan kegiatan kerja bakti kali ini. Dengan sponsor pihak swasta, setiap warga yang hadir dihadiahi kaos hijau cantik bertuliskan go green ditambah snack dan makan siang. Strategi ini tampaknya jitu menarik perhatian warga hingga terkumpul lebih dari 100 orang. "Kami sangat terbantu dengan kepedulian pihak swasta. Apalagi wilayah ini rawan banjir," tambah Aji.
Kawasan Grogol, Jakarta barat memang masuk dalam kawasan rawan banjir di Jakarta. Pada Januari 2007, kawasan ini termasuk lokasi yang mengalami banjir parah dengan genangan air hingga pinggang orang dewasa.
Guna mencegah bencana banjir itulah kerja bakti itu dilakukan. Samsudin mengungkap aksi kerja bakti dibagi dalam enam kelompok kecil. Masin-masing menyusuri selokan di wilayah Daan Mogot, S. Parman, Tanjung Duren Raya, Tanjung Duren Raya I, Kali Sekretaris serta Taman Daan Mogot. Kondisi terburuk ditemukan di selokan wilayah Tanjung Duren Raya I dan Kali Sekretaris. "Itu tempat ngetem angkutan umum, juga terdapat kaki lima yang suka buang sampah di selokan," kata Samsudin.
Hampir semua selokan ditemukan dalam keadaan tersumbat. Tidak hanya penuh sampah, dasar selokan juga dipenuhi dengan lumpur dan endapan tanah yang memerlukan penanganan khusus. Tak heran beberapa warga harus menyeburkan diri masuk dalam selokan. Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 06.30 hingga 12 tengah hari itu berhasil mengumpulkan sampah dan lumpur sebanyak 100 karung lebih.
Juru Bicara Mal Ciputra Rida Kusrida mengatakan aksi merupakan bagian kegiatan peduli lingkungan yang sudah dilakukan dua terakhir. "Ini sebagai antisipasi banjir. Pengelolaan sampah bukan sekedar keterbatasan teknologi dan ekonomi, tapi lebih pada masalah budaya," ungkapnya. Ajakan keterlibatan masyarakat diharapkan bisa membangun prilaku positif untuk mengatasi masalah penanganan sampah.
Selain mengatasi sampah juga disediakan 40 kaleng cat hitam dan putih untuk mewarnai sisi trotoar serta 100 bibit pohon bougenvile yang ditanam di sepanjang jalan S. Parman, Jakarta Barat. "Intinya menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Supaya lebih segar," tambah Rida.
Pusat perbelanjaan yang berada di kawasan Jakarta Barat memang gencar mempromosikan gerakan hijau. Selain kerja bakti, Mal Ciputra juga menerapkan kebijakan ramah lingkungan seperti membatasi pemakaian lampu listrik, fasilitas tanga jalan (eskalator) dan pendingin udara pada 10 pagi hingga 9 malam. Penggunaan pendingin udara juga ditetapkan pada suhu 24 hingga 25 derajat celsius. "Sebelumnya lebih dingin lagi bisa 20 derajat. Sekarang dibatasi untuk menghemat listrik," jelasnya.
Mal ini juga menerapkan daur ulang penggunaan air hingga tidak banyak limbah yang digunakan. Air sisa cuci tangan misalnya, digunakan kembali untuk menyirami tanaman di kawasan mal. "Kami juga mengadakan uji emisi berkala gratis di area parkir dan mempromosikan penggunaan tas belanja ramah lingkungan untuk mengurangi sampah plastik," kata Rida.
Meski demikian tidak semua pengelola swasta peduli dengan lingkungan. Menurut Aji tidak semua bangunan komersial di kawasan tersebut memenuhi persyaratan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Selain Mal Ciputra, di kawasan yang sama juga terdapat Mal Taman Anggrek, Mal Central Park, serta kawasan Apartemen Mediterania. "Harus dipastikan AMDALnya terpenuhi. Jangan sampai limbah mereka dibuang sembarangan ke kali Grogol," tegas Aji. Pihaknya mendesak pemerintah daerah mengetatkan aturan AMDAL agar bencana banjir tidak terulang. "Program amdal tidak melibatkan masyarakat. Itu yang sulit, sedangkan kalau banjir kami yang kena getahnya," kata dia.
Samsudin mengakui lokasi yang dijadikan kawasan komersial tersebut semula merupakan daerah serapan air. "Disitu tadinya situ atau empang. Kemudian diuruk jadi apartemen dan mal," terangnya. Adapun pemerintah daerah telah membangun tanggul di kali Sekretaris dan menyiapkan 8 unit pompa air di kali Tomang untuk mencegah banjir. "Mudah - mudahan tidak banjir lagi," tambahnya. Ia enggan menanggapi persyaratan AMDAL yang dimiliki pihak kswasta tersebut. "Itu wewenang walikota, tanya saja ke sana," tambahnya.
VENNIE MELYANI