Menurut Djamaluddin, penyebab kebakaran diduga berasal dari puntung rokok yang dibuang sembarangan. Musim kemarau panjang menyebabkan areal sekitar hutan menjadi kering dan sangat sensitif terhadap api.
Ketua Yayasan Sahabat Masyarakat Sulawesi, Sri Endang Sukarsih saat dihubungi Tempo mengatakan, sesuai aturan, pemerintah daerah bertanggungjawab terhadap pengamanan kawasan hutan. Seharusnya, dia melanjutkan, pemerintah mengutamakan masyarakat dalam tahap pembangunan tanpa membekan jenis kelamin atau kondisi sosial ekonomi dan budayanya. " Potensi masyarakatlah yang seharusnya jadi fokus," ujar Sri.
Sri yang juga Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Sulawesi Selatan ini menilai, dengan mengenal penyebab kebakaran hutan di kawasan tinggi pada umumnya termasuk Gowa, pemerintah mestinya bisa mengantisipasi dengan tidak menggunakan cara lama berupa pelarangan karena terbukti tidak efektif dan kurang mendapat respek. "Masyarakat harus difasilitasi dengan pelibatan aktif dalam setiap kebijakan terutama yang berkaitan dengan upaya pelestarian kawasan hutan," katanya
Dia menyarankan, upaya pelibatan tersebut misalnya dengan membentuk organisasi pencegah dan penanganan kebakaran hutan yang biaya operasionalnya bisa dengan menggandeng pihak swasta. "Kata kuncinya adalah berbagi peran diantara semua pihak," tegasnya
Pakar lingkungan Universitas Hasanuddin, Prof Dr Sampe Paembonan mengatakan, kebakaran hutan yang terjadi di hampir semua wilayah di tanah air, lebih banyak disebabkan oleh ulah manusia. " Parahnya, karena budaya materialistis sudah ikut bermain," kata Prof Sampe
ARIFUDDIN KUNU