Aksi unjuk rasa ini dilakukan para sopir angkutan LPG yang memasok kebutuhan tabung di Depo Pertamina Kediri. Mereka berasal dari sejumlah perusahaan pembuat tabung LPG di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Haryanto, 30, salah satu sopir angkutan tabung PT Kiwi Jakarta mengaku telah menginap di halaman PT Pertamina Kediri selama lima hari. Bersama para sopir armada perusahaan lain dia mengantre kegiatan bongkar muat tabung di Depo Pertamina Jalan Sultan Agung Kediri. “Sampai sekarang tidak ada kejelasan kapan pembongkaran dilakukan,” katanya, Minggu (8/11).
Saat ini terdapat 150 armada pengangkut tabung LPG yang mengantre di cargo Pertamina Kediri. Mereka menunggu giliran pembongkaran barang di Depo Pertamina sebelum kembali ke perusahaan masing-masing.
Menurut Haryanto, setiap hari petugas Pertamina hanya mampu melakukan pembongkaran sebanyak 10 truk. Sementara jumlah armada yang datang mencapai 30 truk setiap hari.
Akibat proses pembongkaran yang sangat lamban para pengemudi truk mengaku kelelahan. Terlebih lagi mereka harus menanggung biaya makan selama selama menginap berhari-hari di Kediri. “Kami akan tumpahkan tabung-tabung itu kalau tidak ada yang bertanggungjawab,” ancam Haryanto yang disetujui para pengemudi lainnya.
Aksi para sopir truk itu nyaris anarkis ketika upaya mereka untuk menemui Manajer dan penanggungjawab pembongkaran LPG Depo Pertamina Kediri kandas. Para sopir berusaha menerobos pintu gerbang Pertamina untuk meminta penjelasan.
Beruntung upaya itu berhasil diredam oleh petugas Kepolisian Resor Kota Kediri. Meski datang terlambat, polisi berhasil membujuk mereka untuk keluar dari kantor Depo Pertamina. Para sopir bersedia pergi setelah dijanjikan bertemu dengan Manajer Pertamina besok Senin (9/11). “Kami tunggu janji itu,” kata koordinator suplier, Herman.
HARI TRI WASONO