TEMPO Interaktif, Jakarta - Kalangan pengusaha mencemaskan kegiatan investasi bakal melorot akibat tidak adanya jaminan pasokan listrik. Pemerintah dan manajemen PT PLN (Persero) dinilai tak mampu menjamin kelangsungan kegiatan investasi di Indonesia.
"Bila pasokan listrik terus terganggu, mungkin tidak ada investasi baru," kata Wakil Ketua Umum kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Hariyadi Sukamdani kepada Tempo, Selasa (10/11).
Haryadi mengatakan, investor mungkin tidak hengkang dari indonesia, karena sudah telanjur berinvestasi di Indonesia. "Tapi masalah ketersediaan listrik akan memberi pesan negatif kepada investor dan citra buruk berinvestasi di Indonesia," ujarnya.
Dampak lebih besar akibat terganggunya pasokan listrik ini adalah pada pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai 7 persen. Haryadi mengungkapkan, untuk mencapai target tersebut, investasi harus mencapai Rp 2.800 triliun per tahun. "Dengan tidak adanya tambahan investasi, tentu target sulit tercapai," katanya.
Kekhawatiran yang sama diungkapkan Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia Hendra Lesmana. "Kalau tidak diselesaikan dari sekarang, investor bisa hengkang," katanya setelah rapat dengar pendapat dengan Komisi Perindustrian kemarin.
Menurut dia, tidak adanya jaminan pasokan listrik membuat investor khawatir untuk melanjutkan investasinya. "Setelah citra Indonesia yang bagus karena pemilu yang lancar, sekarang tiba-tiba jadi tidak menjanjikan lagi karena masalah listrik," ujarnya. Hendra mengungkapkan, meskipun sampai saat ini belum ada investor yang membatalkan atau hengkang dari Indonesia.
Menurut Hendra, pasokan listrik swasta ke kawasan industri lebih baik dibanding PLN. Namun, listrik swasta tidak bisa memperluas area pasokannya. "Karena ada batasan area pasokan, yang dialiri PLN, swasta tidak boleh masuk," katanya.
Manajemen PLN belum bisa menjamin pasokan listrik aman dari pemadaman di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Gangguan pasokan terkait dengan terbakarnya trafo 500 kilovolt ampere di gardu induk Kembangan, Jakarta Barat, dan trafo Cawang, Jakarta Timur, pada akhir September lalu. Terbakarnya dua trafo itu mengakibatkan pasokan listrik berkurang sampai 800 megawatt.
Kondisi pasokan listrik diperparah dengan adanya kerusakan di Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap Muara Karang, Jakarta Utara, dan gangguan pada gardu induk di Gandul, Cinere, Depok.
Direktur Utama PLN Fahmi Mochtar meminta pelanggan listrik melakukan penghematan akibat terbatasnya pasokan. Dia menghitung jika pelanggan PLN di Jakarta berhemat 100 watt per hari, defisit akan ada kelebihan listrik sebesar 300 megawatt. Hitungan itu dengan asumsi jumlah pelanggan mencapai tiga juta. "Sekarang kondisi di Jakarta kurang 150 megawatt," katanya ketika dihubungi Tempo kemarin. "Kalau mau berhemat, defisit itu akan tertutupi."
Menurut Fahmi, penghematan menjadi satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah pemadaman yang sedang terjadi. "Kami sudah memaksimalkan peralatan yang ada dan membeli listrik dari pihak swasta," katanya.
General Manager PLN Distribusi Jakarta dan Tangerang Purnomo Willy mengaku tidak mungkin menghentikan pemadaman listrik bergilir di Jakarta dalam waktu cepat. Kondisi listrik Jakarta saat ini, kata dia, mengalami kekurangan sekitar 100-200 megawatt. "Penyelesaian masalah ini tidak bisa cepat," ujarnya.
Dari Makassar, Sulawesi Selatan, kalangan industri mengeluhkan pemadaman listrik yang menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 28,5 persen. "PLN semaunya saja melakukan pemadaman, sehingga berimbas pada kerusakan produksi industri," kata Direktur Kawasan Industri Makassar Bachder Djohan kemarin.
Adapun industri manufaktur Jawa Tengah meminta pemerintah tidak menaikkan tarif dasar listrik pada 2010. "Tahun depan merupakan masa sulit bagi industri manufaktur," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Jawa Tengah Djoko Santoso. Alasannya, tahun depan mulai diberlakukan kawasan perdagangan bebas ASEAN.
ALI NUR YASIN | EKA UTAMI | SORTA TOBING | SULFAEDAR PAY | AHMAD RAFIQ