TEMPO Interaktif, Jakarta -Jumlah korban luka prajurit Amerika di Afganistan membangkak menyusul semakin sengitnya pertempuran di Afganistan. Catatan ketentaraan Amerika, dibanding Oktober tahun lalu, jumlah prajurit terluka naik hingga empat kali lipat.
Meja kerja pihak medis pasukan Amerika diramaikan kasus amputasi, kerusakan otak, dan luka pecahan peluru. Hal tersebut terkait meningkatknya aksi bom yang dialamatkan ke pasukan Amerika. Kasus luka lainya yang diterima pihak medis adalah korban penembak jitu.
Sejak 2007, pihak Penanganan Cedera Otak Dinas Pertahanan dan Veteran Amerika mencatat lebih dari 70 ribu personil pasukan menderita luka trauma bagian otak. Sementara tahun ini tercatat 20 ribu kasus serupa.
Salah seorang anggota pasukan khusus Amerika, Vince Short, 42, yang menderita kerusakan otak akibat bom di tepi kota Irak mengungkap kesedihan atas rekannya yang menjadi korban di Afganistan.
"Saya ucap kesedihan mendalam untuk mereka. Tak dapat diungkap dengan kata-kata," ungkapnya tertatih.
Menanggapi hal itu, Deputi Nasional untuk Veteran Penyandang Cacat Amerika, Garry J Augustine mengatakan, alat pelindung dan obat reaksi cepat memang dapat membantu di lapangan. Namun resiko kematian tak mungkin terhindarkan. "Mendapat pertolongan awal ya, tapi resiko hidup atau mati, itu lain hal," ungkapnya.
Namun perang tampaknya tetap berlanjut. Presiden Amerika Serikat Barack Obama justru akan menambah jumlah unit pasukannya ke negara yang kini dipimpin Hamid Karzai tersebut. Setidaknya 40 ribu personel pasukan akan dikirim Amerika, untuk menambah kekuatan pasukannya di Afganistan.
AP/ANGIOLA HARRY