TEMPO Interaktif, Magetan - Kebanyakan pasien gizi buruk di Magetan, Jawa Timur, tidak tertangani oleh rumah sakit. Mereka lebih banyak ditangani di pusat kesehatan masyarakat atau di pos pelayanan terpadu di desa-desa. “Sangat jarang yang dibawa ke rumah sakit,” kata Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sayidiman Magetan Kunpratisto, Kamis (12/11).
Bahkan, lanjut dia, sebagian besar pasien lainnya hanya dirawat di rumah-rumah. Biasanya, pasien yang dirawat di rumah merupakan pasien yang tidak terlalu parah. Mereka dirawat di rumah dengan pengawasan dari tenaga medis dari Puskesmas atau Dinas kesehatan setempat.
Ia mencontohkan, minimnya jumlah pasien yang tertangani ini terlihat dari rata-rata jumlah pasien per bulan. Pada Oktober sebelumnya, rumah sakit tak merawat satu pun pasien gizi buruk. Sementara sepanjang November ini, hanya satu pasien saja yang dirawat. “Itu pun kondisi telah cukup parah,” kata dia.
Pasien gizi buruk sepanjang November ini adalah Aprilia Sartika Dewi, berusia 4,5 tahun. Bocah perempuan ini, kata Kunpratisto, dirawat sejak Selasa (10/11) lalu. Hingga saat ini, kondisi masih cukup memprihatinkan. Berat badannya hanya mencapai sekitar enam kilogram. Padahal, untuk anak seusianya, Aprilia semestinya memiliki bobot dua kali lipatnya, 12 kilogram.
Menurut Kunpratisto, kondisi perekonomian dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi menjadi salah pemicu masih ditemukannya kasus gizi buruk. “sebenarnya,” kata dia, “Ini adalah masalah yang sangat kompleks.”
ANANG ZAKARIA