TEMPO Interaktif, Tokyo -Presiden Amerika Serikat Barack Obama berjanji akan berperan penuh dalam merancang masa depan Asia.
Dalam pidatonya di depan 1.500 orang yang hadir di aula konser Suntory, Tokyo, Jepang, berulang kali dia menantang para pemimpin negara Asia untuk ambil bagian di pasar Amerika, demi keuntungan bersama dan menjaga pertumbuhan ekonomi.
Obama yang sempat menghabiskan masa kecilnya di Hawaii dan Indonesia, juga mengatakan bahwa komitmen Washington terhadap keamanan di Asia tak tergoyahkan. Bangsa Asia menurutnya merupakan bagian dari rencana Amerika dalam meningkatkan ekonomi.
Bahkan Amerika akan bekerjasama dengan China, negara yang tengah menggeliat dalam hal perkonomian, demi mewujudkan rencananya. Namun beberapa pengamat di Amerika menilai kebangkitan China tersebut mengorbankan Amerika.
"Tapi negara kami tidak pernah menghalangi China, tidak juga menganggap jalinan kerjasama dengan China akan melemahkan persekutuan kedua belah pihak," kata Obama.
Selain tentang China, dia juga menanggapi soal kritikan masyarakat Amerika atas upayanya meraih simpati Beijing pada isu Korea Selatan dan Iran, dengan bersandiwara dalam hal hak asasi manusia. Obama menegaskan bahwa dalam meningkatkan perhatian terhadap isu hak asasi manusia bersama Beijing, pihaknya tidak main-main.
Banyak pengamat Asia yang percaya bahwa campur tangan Amerika dalam perang di Afganistan dan Irak membuat negara adidaya itu terusir dari dinamika Asia, serta membuka kesempatan China memperbesar perannya di Asia.
Namun kembali Obama berkelit, "Meski Amerika terlibat dalam dua peristiwa perang di dunia, tapi komitmen kami terhadap keamanan Jepang dan Asia tak akan tergoyahkan."
Tak ketinggalan soal program nuklir Korea Utara, dalam pidatonya, secara tegas Obama meminta negara tersebut menelaah kembali soal program nuklirnya. Namun sekaligus meminta Washington jangan mengancam Pyongyang.
Negara terakhir yang dikomentarinya adalah Myanmar. Obama meminta junta militer Myanmar agar membebaskan tanpa syarat tokoh demokrasi Aung San Suu Kyi, serta membebaskan para tahanan politik.
AFP/ANGIOLA HARRY