TEMPO Interaktif, Sejak lahir Jessica menderita kelainan jantung bawaan. Anak semata wayang ini kena infeksi virus rubella pada saat ibunya hamil. Kecukupan gizinya juga diketahui sangat memprihatinkan. Untuk anak balita dengan usia tiga jalan empat tahun, berat dan tinggi badannya tidak ideal. Berat badannya di bawah 10 kilogram dan tingginya cuma 87 sentimeter. Di Puskesmas Peneleh, Surabaya, Jessica berstatus gizi stunted atau tinggi badan menurut umurnya tidak sesuai.
Menurut ahli madya gizi Puskesmas Peneleh, Surabaya, Ribzotullahmad Nurhakim, ada 5-6 anak balita menjadi perhatian khusus karena gizi buruk di puskesmasnya. Dalam kasus stunting, Edo--sapaan akrab Nurhakim--mengatakan rata-rata memang gizinya buruk. "Tetapi tidak semuanya," kata Edo lewat sambungan telepon kemarin siang.
Penanganan Jessica, Edo mengatakan, dilakukan dengan memberi suplemen zinc dan vitamin lainnya. "Di samping edukasi gizi pada orang tuanya." Jessica, yang tinggal di daerah Kelurahan Genteng, Surabaya, bernasib sama dengan 36,74 persen anak Indonesia lainnya.
Angka itu hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007 terhadap fenomena badan pendek di kalangan anak balita. Anggota staf Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Dr Abas Basuni Jahari, MSc, menyampaikan, di antara prevalensi anak balita pendek, 12,53 persennya memiliki berat badan kurang.
"Anak-anak yang mempunyai tinggi dan berat badan normal secara nasional cuma 46 persen," Abas memaparkan dalam Temu Ilmiah Persagi di Surabaya, Sabtu lalu. Menurut dia, angka itu jauh sekali dari harapan. Karena itu, ia mewanti ibu-ibu hamil dan yang sudah melahirkan agar menjaga kecukupan gizi hingga anaknya berusia 2 tahun. "Itu harus dijaga betul," Abas menambahkan.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Persatuan Ahli Gizi Jawa Timur Andryanto Mkes mengindikasikan bahwa anak-anak negeri ini kekurangan mikronutrien, terutama kandungan zin, yang banyak dalam protein hewani. Menurut Andryanto, anak pendek yang kekurangan zinc bisa terpengaruh kecerdasan dan produktivitasnya di masa depan. "Meski bisa lari dan sekolah, ia tidak akan optimal. Ini masalah gawat," dia menegaskan dalam kesempatan terpisah di acara yang sama.
Kandungan zinc bisa didapat dari susu, daging sapi, daging ayam, daging bebek, atau yoghurt. Selain itu, zinc dapat ditemukan pada tiram, kacang-kacangan, almond, biji labu, dan bunga matahari. Zinc memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan anak. Pada ibu hamil, kekurangan zat ini dapat mengganggu perkembangan fisik dan intelektual sang janin.
Andryanto mengakui bahwa kemiskinan memang jadi akar masalah persoalan gizi. Tetapi bukan berarti kemiskinan teratasi, kemudian gizi jadi meningkat. "Sebenarnya ada dua faktor," tuturnya. Yang pertama faktor langsung, seperti masalah konsumsi dan penyakit infeksi pada balita. Ketika jumlah konsumsi makanan kurang, gizinya pasti bermasalah. Begitupun jika anak balita sakit-sakitan, akan berisiko pula terkena kekurangan gizi.
Tetapi, menurut Andryanto, ada faktor tidak langsung dan merupakan faktor utama, yaitu ketidaktahuan orang tua tentang gizi. Contoh kasus, misalnya, ada sejumlah ibu yang diam saja kalau timbangan berat badan balita mereka tetap sama dari bulan ke bulan. "Padahal itu indikasi adanya suatu masalah," Andryanto menjelaskan. Anak itu sudah jelas butuh makanan tambahan untuk meningkatkan berat badannya. "Nah, itu yang tidak dipahami."
Lebih jauh, pada saat anak kurang gizi, maka untuk mengejar ketertinggalan gizi, dibutuhkan sebuah makanan "sempurna". Sempurna di sini, menurut Andryanto, adalah yang bisa mencakup 40 zat gizi yang direkomendasi. "Nah, makanan itu adalah susu," ujarnya. Namun, ia juga menekankan bahwa pemenuhan gizi dimulai dari memperhatikan pola makanan bayi dengan memenuhi gizi seimbang. "Dimulai dari air susu ibu."
Andryanto mengatakan, berdasarkan target Millennium Development Goals 2015, jumlah kasus anak balita pendek di Indonesia diharapkan turun hingga sekitar 18 persen. Angka itu, kata Andryanto, harus dicapai mengingat human development index Indonesia paling rendah di Asia Tenggara. "Kita di urutan 111 dari 177 negara yang diperiksa oleh UNDP (United Nation Development Program)," dia memaparkan.
Human Resources and Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia Hendro H. Poedjono menyatakan angka konsumsi susu di Indonesia sebenarnya meningkat ketimbang tahun lalu, dari 8 liter per kapita per tahun menjadi 10 liter per kapita per tahun pada 2009. Kreativitas produsen susu dengan variasi pilihan susu, seperti rasa anggur, stroberi, dan vanili, membuat anak suka minum susu. "Dengan begitu, kecukupan gizi anak Indonesia akan meningkat," ujarnya.
HERU TRIYONO