Prigi Arisandi, Direktur Ecoton menuturkan, pemantauan kwalitas air kali ini dilakukan dengan cara mencari beberapa hewan air, seperti serangga di sepanjang bantaran Sungai Brantas, khususnya di kawasan Wringinanom, Gresik.
“Hasilnya, para pelajar menemukan hanya tujuh hewan yang bertahan hidup,” kata Prigi. Ketujuh hewan tersebut adalah Capung Jarum, Capung Biasa, keong air (Thiaradae), udang air tawar (atyadae), larva chironomus, cacing darah, yuyu (parathelphusidae), serta kijing.
Hasil penelitian 200 pelajar dari 20 SMA yang berasal dari Gresik, Surabaya, Malang, dan Mojokerto ini menunjukkan jika kwalitas baku mutu air di sepanjang aliran sungai Brantas sudah sangat membahayakan bagi manusia. “Saat ini tidak usah kita lihat apa kandungannya. Kalau hewan air saja mati, ya berarti bahaya bagi manusia,” tambah dia.
Selain untuk memantau kwalitas air, kegiatan ini juga bertujuan untuk melatih para pelajar cinta terhadap sungai terpanjang kedua di Jawa ini. Apalagi, kegiatan semacam ini tergolong murah dan bisa menjadikan pembelajaran tersendiri bagi para siswa.
Kedepan Dinas Pendidikan Jatim juga berencana menjadikan study tentang Sungai Brantas ke dalam sebuah kurikulum tersendiri. “Dinas pendidikan rencannya membuat kurikulum tentang sungai, mungkin bisa masuk kurikulum muatan lokal,” kata Ratnadi Ismaun, sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jatim yang juga ikut dalam acara tersebut. FATKHUROHMAN TAUFIQ.