Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Biar Idiot Tapi Ngerti Duit

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Ponorogo -Lelaki yang tak diketahui pasti usianya itu duduk di atas selembar tikar. Kedua kakinya selonjor, dengan kedua tangan memegangi lutut. Kulitnya hitam. Rambut, jambang, dan kumisnya dibiarkan tumbuh tak terawat. Selembar kain sarung butut dan bantal usang tergelak di sampingnya. Nama lelaki itu Pairan. “Sekitar empat puluhan mungkin,” kata Jemitun, 60 tahun, orang tua Pairan, memperkirakan usia anaknya, Selasa (17/11) kemarin.

Tatapan Pairan selalu kosong. Mimik mukanya berubah-ubah. Sesekali tertawa, tapi dengan cepat menjadi gelisah. Jika diajak bicara, tak satu kalimat pun meluncur dari mulutnya. Ia hanya bisa mengerang dan menggoyangkan kepala. Itulah cara dia berkomunikasi.

Keluarga ini tinggal di dua petak rumah joglo yang dihubungkan sebuah pintu. Masing-masing berlantai tanah tanpa sekat kamar. Satu rumah berfungsi sebagai ruang tamu dan tidur, sementara satunya untuk dapur.

Tak ada barang mewah di dalam rumah. Sepasang meja-kursi dan lemari kayu tua diletakkan di ruang sudut rumah. Barang itulah yang menjadi harta benda mereka.

Sejak Daman, suaminya, meninggal puluhan tahun lalu, Jemitun hanya tinggal bersama dengan dua anaknya. Pairan dan Misri, 12 tahun. Untuk menghidupi diri dan kedua anaknya, wanita yang telah tua dimakan usia itu hanya mengandalkan menjadi buruh tani dan mengembalakan kambing tetangga.

Pairan adalah satu diantara puluhan penderita keterbelakangan mental (idiot) di desa Karang Patihan Kecamatan Balong Ponorgo. Usia mereka bervariasi, dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa dan manula. Beberapa diantaranya bahkan masih terhitung satu keluarga.

Keluarga Giyem, 45 tahun, misalnya. Giyem yang telah lama ditinggal mati kedua orang tuanya, Koiman dan Nyami, tinggal bersama empat orang adiknya. Boinem; 40 tahun, Hidayat; 36 tahun, Janem; 35 tahun, dan Painten; 34 tahun. Keempatnya mengalami keterbelakangan mental.

Tak jauh dari rumah Giyem, ada juga keluarga mbah Sipon. Kedua anaknya, Jamun dan Bodong, juga mengalami keterbelakangan mental. Para tetangga tak tahu pasti berapa usia mereka. Bahkan juga Giyem, ibu mereka. Namun dari perawakannya, diperkirakan mereka berusia 30-an tahun.

Kepala Desa Karangpatihan Daud Cahyono, 50 tahun, mengatakan kemiskinan yang menyebabkan mereka terbelakang mentalnya. Faktor kurang gizi dan vitamin menjadi penghambat pertumbuhan fisik dan psikologis mereka saat kecil. “Kurang yodium,” kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Desa ini memang terhitung miskin. Terletak 20 kilometer di sebelah selatan kota Ponorogo. Hanya ada satu akses jalan ke desa ini dari pusat Kecamatan. Jaraknya sepanjang enam kilometer dengan kondisi jalan berbatu dan aspal yang telah rusak.

Kondisi tanah berbatu dan tandus membuat daerah ini kurang cocok untuk pertanian. Air pun susah didapat. Terlebih di musim kemarau. Saat sumur dan mata air mulai mengering, warga menggali dasar sungai untuk mendapatkan air.

Sementara untuk menghidupi kesehariannya, warga lebih banyak bertanam ketela. Tanaman ini menjadi bahan baku utama gaplek, makanan utama warga. Tak hanya di pekarangan rumah, warga menanamnya hingga ke lereng perbukitan yang mengitari desa. “Resikonya,” kata Parlan, 45 tahun, seorang warga, “Harus siap dengan serbuan kera gunung”.

Di sisi timur, barat, dan utara Desa Karangpatihan memang tampak perbukitan yang menjulang. Warga menyebutkan gunung Lumbung. Bukit itu sekaligus menjadi pertanda perbatasan kabupaten Ponorogo dan Pacitan.

Daud mengatakan, jumlah warga desanya mencapai 5.300 jiwa atau 3000 kepala keluarga. Sebagian besar hidup dalam kondisi miskin. Sebanyak 298 keluarga dari 3000 keluarga yang ada, hidup di bawah garis merah kemikinan.

Di bawah golongan terparah dari tingkat kemiskinan ini, lanjut dia, masih ada satu tingkat lagi. Mereka miskin sekaligus mengalami keterbelakangan mental. Jumlah mereka mencapai 111 jiwa yang terdiri dari 43 keluarga. Warga desa biasa menyebut mereka dengan golongan 43. “Tapi, biar idiot mereka juga tahu duit,” kata Daud tertawa.

ANANG ZAKARIA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Gejala Awal Orang dengan Gangguan Jiwa yang Perlu Diperhatikan

18 Februari 2024

Seorang pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) menunjukkan jari yang telah dicelupkan tinta  saat simulasi Pemilu 2024 di Pondok Rehabilitasi Sosial Zamrud Biru, Mustikasari, Bekasi, Jawa Barat, Selasa 13 Februari 2024. Simulasi ini untuk memberikan edukasi kepada pasien ODGJ yang memiliki DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan berdasarkan data KPU Kota Bekasi terdapat 1.095 ODGJ yang memilki hak suara pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Gejala Awal Orang dengan Gangguan Jiwa yang Perlu Diperhatikan

Psikolog mengatakan umumnya gejala awal orang dengan gangguan jiwa ialah perubahan emosi maupun perilaku yang mendadak dan cenderung ekstrem.


Psikolog Ungkap 3 Penyebab Orang Alami Gangguan Jiwa

17 Februari 2024

Warga binaan duduk saat menggu panggilan untuk memberikan suara pada pemilu 2024 di TPS 021 dan TPS 022 yang berada di lingkungan Panti Bina Laras Sentosa 3, Jakarta Barat, Rabu, 14 Februari 2024. Sebanyak 250 pemilih berstatus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sekaligus warga binaan Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3 memberikan suara pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Psikolog Ungkap 3 Penyebab Orang Alami Gangguan Jiwa

Psikolog menjelaskan ada tiga faktor penyebab gangguan jiwa, mulai dari keturunan hingga paparan lingkungan.


Jangan Minta ODGJ yang Baru Pulih Hidup seperti Dulu atau Kondisinya akan Memburuk Lagi

16 Februari 2024

Seorang pasien ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) Pondok Rehabilitasi Sosial Jamrud Biru menunjukkan surat suara pada Pemilu 2024 di TPS 049 Mustikasari, Bekasi, Jawa Barat, Rabu, 14 Februari 2024. Sebanyak 97 pasien ODGJ Jamrud Biru yang memiliki DPT (Daftar Pemilih Tetap) menggunakan hak suara pada Pemilu 2024 di 8 TPS. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Jangan Minta ODGJ yang Baru Pulih Hidup seperti Dulu atau Kondisinya akan Memburuk Lagi

Jangan menuntut ODGJ yang sudah dinyatakan pulih dengan obat untuk kembali hidup sempurna. Ini yang perlu dipahami keluarga pasien.


Caleg Stres dan Depresi karena Gagal di Pileg 2024, Begini Penanganannya

14 Februari 2024

ilustrasi stres (pixabay.com)
Caleg Stres dan Depresi karena Gagal di Pileg 2024, Begini Penanganannya

Apa saja layanan psikologis yang disediakan sejumlah rumah sakit melayani para caleg stres dan depresi akibat gagal dalam Pileg 2024?


Psikiater Ingatkan Hasil Pemilu 2024 Bisa Picu Gangguan Mental pada Pemilik Komorbid

13 Februari 2024

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Psikiater Ingatkan Hasil Pemilu 2024 Bisa Picu Gangguan Mental pada Pemilik Komorbid

Psikiater menuturkan gangguan mental setelah Pemilu 2024 dapat memperparah kondisi pemilik komorbid. Ini yang perlu dilakukan.


Risiko Caleg Stres dan Alami Gangguan Jiwa Setelah Gagal Terpilih di Pemilu 2024

8 Februari 2024

ilustrasi stres (pixabay.com)
Risiko Caleg Stres dan Alami Gangguan Jiwa Setelah Gagal Terpilih di Pemilu 2024

Menjelang Pemilu 2024, beberapa kota termasuk DKI Jakarta dan Cianjur sediakan layanan kesehatan jiwa bagi caleg stres karena gagal terpilih.


RSKD Duren Sawit Jadi Rujukan untuk Caleg Alami Stres dan Gangguan Jiwa di Pemilu 2024, Ini Profilnya

8 Februari 2024

RSKD Duren Sawit. Foto : X
RSKD Duren Sawit Jadi Rujukan untuk Caleg Alami Stres dan Gangguan Jiwa di Pemilu 2024, Ini Profilnya

Dinkes DKI Jakarta mengantisipasi penanganan caleg alami gangguan jiwa pasca Pemilu 2024, rujukan di RSKD Duren Sawit.


Kasus Mayat Dalam Kontainer di Tanjung Priok, Korban Memiliki Riwayat Gangguan Jiwa

6 Februari 2024

Evakuasi mayat perempuan dalam sebuah kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Selasa, 16 Januari 2024. Sumber: Istimewa
Kasus Mayat Dalam Kontainer di Tanjung Priok, Korban Memiliki Riwayat Gangguan Jiwa

Polres Pelabuhan Tanjung Priok dan Polres Fakfak masih menyelidiki kasus mayat dalam kontainer ini soal bagaimana korban masuk ke peti kemas.


Ketua KPU: Orang dengan Gangguan Jiwa Dapat Hak Pilih

21 Desember 2023

Ketua KPU Hasyim Asy'ari saat mengumumkan penetapan pasangan Capres dan Cawapres di Kantor KPU, Jakarta, Senin, 13 November 2023. KPU menetapkan tiga pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yaitu; Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, serta Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming untuk Pemilu serentak 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ketua KPU: Orang dengan Gangguan Jiwa Dapat Hak Pilih

Ketua KPU Hasyim Asy'ari menjelaskan teknis keterlibatan masyarakat dalam Pemilu 2024, khususnya pemilih yang ODGJ.


Kemenko PMK: Tak Cuma Stunting, Kesehatan Jiwa Juga Perlu Perhatian Khusus

12 Desember 2023

Ilustrasi wanita depresi. (Pixabay.com)
Kemenko PMK: Tak Cuma Stunting, Kesehatan Jiwa Juga Perlu Perhatian Khusus

Kemenko PMK menyebut isu-isu terkait kesehatan jiwa seharusnya menjadi salah satu isu sentral seperti halnya stunting karena berhubungan dengan SDM.